Batalyon "Anjing NICA", Pasukan KNIL Penghianat Lebih Belanda dari Penjajah

Senin 14-08-2023,09:28 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

RADARMUKOMUKO.COM - Sekian lama berkuasa, pemerintah Belanda bukan saja melakukan penindasan dan pengurasan sumber daya tanah air, tapi juga melakukan adudomba. Mereka merekrut putra bangsa untuk menjadi pasukannya guna melawan rakyat Indonesia sendiri, terutama bekas tawanan perang.

Yang paling terkenal adalah Batalyon Infanteri V atau terkenal dengan sebutan Batalyon Andjing NICA, merupakan sebuah batalyon dari Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang beroperasi antara tahun 1945-1950, di bawah komando Administrasi Sipil Hindia Belanda (NICA), terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah. 

BACA JUGA:7 Perang Melawan Belanda Sebelum Indonesia Merdeka, Dari Aceh, Bali Hingga Ambon

Melansir dari berbagai sumber, Batalyon ini dibentuk di Bandung pada tanggal 2 Desember 1945, dalam masa Bersiap, yaitu masa konflik dan kekacauan sosial sejak takluknya Jepang kepada Sekutu. 

Batalyon ini terdiri dari bekas tawanan perang dan interniran orang Belanda dan Indo, serta orang pribumi yang mendaftar, terutama Ambon, Manado, Timor, Jawa, dan Sunda.

Komandan batalyon pertama ialah Kapten J.C. Pascua, dan batalyon ini awalnya dilatih di gedung bekas Akademi Militer Kerajaan (Koninklijke Militaire Academie) di Bandung, yang sebelumnya juga digunakan sebagai penjara (kamp) militer Allied Prisoners of War and Interness (APWI).

Julukan 'Andjing NICA' ialah karena mereka menggunakan lencana 'anjing menyalak' sebagai identitas batalyonnya, serta oleh pihak nasionalis Indonesia juga merupakan semacam hinaan bagi kaum pendukung pihak Belanda.

BACA JUGA:Sejarah Mata Uang, dari Uang Belanda, Uang Jepang, Uang NICA, Hingga Lahirnya Rupiah 1949

Pada awalnya batalyon ini melakukan patroli dan operasi 'pembersihan' di wilayah Cimahi. 

Setelah kedatangan tiga batalyon militer sukarelawan dari Belanda pada bulan April 1946, yaitu Batalyon 1-3 RI (de Watermannen), Batalyon 1-5 RI (de Krokodillen), dan Batalyon 1-9 RI (de Friezen), maka daerah operasi mereka pun diperluas sehingga mencakup Bandung utara dan selatan.

Batalyon Andjing NICA saat itu telah menjadi bagian dari Brigade V, yang bertanggung jawab menjaga Bandung dari berbagai aktivitas 'para teroris'.

Pada masa Agresi Militer I, antara 21 Juli s.d. 4 Agustus 1947, batalyon ini termasuk dalam operasi yang dimulai dari Bandung, kemudian ke Palintang, Tanjungsari, Cirebon, Tegal, Purwokerto, dan Gombong. Pada kwartal keempat tahun 1947, batalyon ini diterjunkan di Pangandaran, serta melakukan juga operasi ke Karanganyar. 

BACA JUGA:Namanya Selalu Dikenang, 7 Wanita Hebat Indonesia Berani Perang Untuk Melawan dan Mengusir Penjajah

Pada masa gencatan senjata setelah Agresi Militer I, batalyon ini melakukan operasi 'pembersihan' di Kroya dan Ajibarang.

Pada masa Agresi Militer II, batalyon ini bergerak dari Gombong ke Purworejo, dan kemudian ke Magelang. Saat Perjanjian Roem-Roijen tidak dapat dipertahankan lagi, maka Batalyon Andjing NICA ditugaskan untuk mengamankan jalur evakuasi Salam, Muntilan, Pabelan, dan Blondo. 

Kategori :