Air laut mulai memenuhi kompartemen-kompartemen tersebut dan membuat haluan kapal semakin miring ke bawah.
Para awak kapal segera menyadari bahwa kapal itu pasti akan tenggelam dan mulai mengungsikan penumpang ke sekoci.
BACA JUGA:Ini Penyebab Bangkai Titanic Cepat Berkarat Lebih Hitam, dari Suhu pH dan Bakteri Berbeda
Sayangnya, jumlah sekoci yang tersedia sangat kurang dari jumlah penumpang dan awak kapal.
Hanya ada 20 sekoci dengan kapasitas total sekitar 1.178 orang, sedangkan jumlah orang di kapal mencapai lebih dari 2.200 orang. Selain itu, prosedur evakuasi juga tidak berjalan dengan baik. Banyak sekoci yang tidak diisi penuh dan dilepaskan terlalu cepat.
Beberapa penumpang juga menolak untuk meninggalkan kapal karena merasa lebih aman di dalamnya.
BACA JUGA:Kapal Titanic Meski Sudah Tenggelam 111 Tahun yang Lalu, Ternyata Punya Kisah-Kisah Horor
Sementara itu, kondisi ombak laut tetap tenang selama proses evakuasi berlangsung.
Tidak ada gelombang besar yang menghantam kapal atau sekoci-sekoci yang berusaha menjauh dari lokasi kejadian.
Hal ini sebenarnya memberikan kesempatan bagi lebih banyak orang untuk selamat, jika saja ada sekoci yang cukup dan prosedur evakuasi yang lebih baik.
Namun, ketenangan ombak laut juga memiliki dampak negatif bagi para korban yang jatuh atau melompat ke air saat kapal mulai terbelah dan tenggelam.
Karena tidak ada gelombang yang menggerakkan air, suhu air laut menjadi sangat dingin, mencapai minus dua derajat Celsius.
Hal ini menyebabkan banyak orang yang mati karena hipotermia dalam hitungan menit.
Satu jam 20 menit setelah Titanic tenggelam, kapal Carpathia tiba di lokasi dan mulai menyelamatkan orang-orang yang masih hidup di sekoci-sekoci.
Hanya sedikit orang yang berhasil ditarik keluar dari air, karena sebagian besar sudah mati beku atau tenggelam. Dari 2.224 orang di kapal Titanic, hanya 710 orang yang selamat.