RADARMUKOMUKO.COM - Pada tanggal 14 April 1912, kapal Titanic yang sedang melakukan pelayaran perdananya menuju New York City menabrak gunung es di Samudra Atlantik dan tenggelam dalam waktu kurang dari tiga jam.
Dari 2.224 penumpang dan awak kapal yang ada di atasnya, hanya sekitar 710 orang yang berhasil selamat dengan naik ke sekoci.
Sisanya, sekitar 1.514 orang, menjadi korban jiwa dalam tragedi ini.
BACA JUGA:Menjadi Mahasiswa Baru? Ini Tips dan Trik Memanajemen Waktu Bagi Maba
Namun, apakah korban Titanic yang tidak mendapatkan sekoci langsung tewas ketika kapal itu tenggelam?
Ternyata, tidak semua korban meninggal karena tenggelam. Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kematian mereka, seperti hipotermia, trauma, atau bahkan bunuh diri.
Hipotermia adalah kondisi di mana suhu tubuh turun di bawah normal akibat terpapar udara atau air dingin.
Menurut [Encyclopaedia Britannica), air laut di tempat kejadian saat itu memiliki suhu sekitar -2 derajat Celsius.
Orang yang terjatuh ke dalam air dingin seperti itu akan mengalami kehilangan panas tubuh yang cepat dan bisa mati dalam hitungan menit.
Salah satu saksi mata yang selamat dari tragedi ini adalah Charles Lightoller, seorang perwira kedua di kapal Titanic.
Dalam bukunya yang berjudul Titanic and Other Ships, ia menulis bahwa ia melihat banyak orang yang terjun ke laut dari dek kapal dengan harapan bisa naik ke sekoci.
BACA JUGA:Nggak Cuma Sate Padang, Inilah Sejumlah Sate Khas Minangkabau yang Disukai oleh Banyak Orang
Namun, mereka tidak sadar bahwa air laut sangat dingin dan bisa membunuh mereka.
"Orang-orang itu tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mereka hanya melompat ke dalam kematian," tulis Lightoller.
Selain hipotermia, trauma juga menjadi penyebab kematian bagi beberapa korban Titanic.