Jepang pun mulai melakukan penangkapan pada tokoh-tokoh masyarakat.
Mulai Oktober 1943 sampai Juni 1944, Jepang melakukan eksekusi orang-orang yang ditangkap. Puncaknya terjadi pada 28 Juni 1944 yang kemudian dikenal dengan peristiwa Mandor.
BACA JUGA:Tiga Penyebab Meletusnya Perang Diponegoro, Berlangsung Selama 5 Tahun
Mandor adalah sebuah wilayah kecil yang berjarak sekitar 88 kilometer dari Kota Pontianak. Diperkirakan ribuan orang tewas dibantai tentara Jepang dalam periode itu.
Di pihak Suku Dayak terjadi juga konflik dengan tentara Jepang. Konflik dan pembantaian, akhirnya pada tahun 1944 orang-orang Dayak di Kalimantan Barat mulai melakukan perlawanan rakyat Kalimantan walau belum berhasil mengancam kekuasaan Jepang.
Adapun para tokoh perjuangan Kalimantan yaitu, Perlawanan rakyat Kalimantan melawan Belanda dipimpin oleh pangeran Antasari. Ia memimpin pasukan rakyat untuk mengepung benteng Belanda di Martapura dan juga Pangaron.
BACA JUGA:Sejarah Perang Kemang atau Belasting, Perlawanan Rakyat Sumatera Barat
Kemudian, ada juga Kyai Demang Loman dan pengikutnya yang bergerak di sekitar Riam Kiwa dan mengancam benteng Belanda. Sementara di pos Belanda Istana Martapura, Haji Nasrun juga melakukan penyerangan.
Pada bulan Agustus 1859, tiga tokoh setempat, Haji Buyasin, Kyai Lang Lang, dan Kyai Demang Loman bersama-sama menyerang benteng Belanda di Tabanio. Sedangkan, pangeran Hidayat tetap mengadakan perlawanan gerilya.
Sayang, di tahun 1862 pangeran Hidayat ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Cianjur. Sedangkan Pangeran Antasari diketahui meninggal dunia di tahun yang sama.
BACA JUGA:Menjelajah Keindahan Pulau Morotai, Pulau yang Pernah Menjadi Sarang Militer Pada Perang Dunia ke-2
Selanjutnya, tokoh kepemimpinan dilanjutkan oleh Gusti Matsaid, Pangeran Mas Natawijaya, Tumenggung Surapati, Tumenggung Naro, Penghulu Rasyid, Gusti Matseman, dan Pangeran Perbatasari dengan melakukan perlawanan gerilya.
Perlawanan tersebut dilakukan menyebar ke berbagai wilayah guna menyulitkan Belanda. Diketahui, perlawanan itu berlangsung hingga awal abad ke-20 atau tahun 1905.*