RADARMUKOMUKO.COM - Namanya Tjoet Nyak Meutia atau Cut Meutia, salah satu pahlawan nasional dari kamum wanita Indonesia dari daerah Aceh.
Melansir dari wikipedia, Cut Meutia merupakan, anak dari Teuku Ben Daud Pirak dengan Cut Jah. Dalam perkawinan tersebut mereka dikaruniai 5 orang anak. Cut Meutia merupakan putri satu-satunya di dalam keluarga tersebut, sedangkan keempat saudaranya adalah laki-laki.
BACA JUGA:17 Pahlawan Wanita Indonesia, Angkat Senjata Hingga Melarang Poligami
Saudara tertua bernama Cut Beurahim disusul kemudian Teuku Muhammadsyah, Teuku Cik Hasen dan Teuku Muhammad Ali Orang tua Tjoet Nyak Meutia merupakan keturunan asli Aceh seorang Uleebalang di desa Pirak yang berada dalam daerah Keuleebalangan Keureutoe.
Cut Meutia sejak kecil pendidikan agama selalu menjadi santapannya. Karena itulah, sebagaimana dituliskan oleh para sejarahwan, perangai beliau elok dan suka menolong, selain cantik dan lembut tutur katanya.
Awalnya Cut Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong.
BACA JUGA:Misteri Laut Merah, Penyebab dan Fakta Yang Menakutkan
Ia bertindak sebagai pengatur strategi pertempuran sehingga taktiknya tersebut dapat memporak porandakan pertahanan pasukan Belanda yang sedang berpatroli dan merampas senjata serta amunisi mereka yang akan digunakan untuk memperkuat persenjataan pejuang muslimin.
Teuku Chik Tunong dan Cut Meutia di dalam pergerakannya selalu menggunakan taktik perang gerilya dan spionase yaitu suatu taktik serang dan mundur serta menggunakan prajurit memata-matai gerak gerik pasukan lawan terutama rencana rencana patroli dan pencegatan. Taktik seperti ini cukup membuat pasukan Belanda kewalahan dan menjengkelkan mereka.
Singkat cerita, pada bulan Maret 1905, Cik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe.
Sebelum meninggal, Teuku Cik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nanggroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
BACA JUGA:Sejarah 7 Pejuang Asing Yang Membela Indonesia, Nasibnya Begini
Cut Meutia kemudian menikah dengan Pang Nanggroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe.
Pada suatu pertempuran dengan Korps Marechausée di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September 1910.
Cut Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara.