Berkat pengalaman Carles pada perang PD 1 dan PD 2 menghadapi stuasi tetap tenang, “Sekoci untuk wanita dan anak-anak dahulu, satu pria saja yang naik untuk mengawal” teriaknya.
Meski berusaha sabar, darah Charles mendidih juga tatkala melihat satu sekoci diisi hanya 8 pria dari seharusnya 65 orang, dan dari delapan orang tadi terdapat juga kru kapal! Charles menarik pistol dan menodong, “keluar kalian dari sekoci, pengecut!”
Penumpang tak tahu diri itu pun turun, dan sekoci segera diisi wanita dan anak-anak. Charles menyimpan kembali pistol kosong ke dalam sarungnya.
BACA JUGA:Charles Joughin Kepala Tukang Roti Korban Selamat Titanic Terakhir, Bertahan 3 Jam di Laut
Pada saat itulah seorang kawan Charles –sesama perwira kapal- menyuruhnya agar sebaiknya ia naik sekoci terakhir. Charles menolak dan terus menolong menaikan penumpang wanita dan anak-anak.
Tiba-tiba terdengar suara berderak kencang. Seperti ledakan, bersahutan susul menyusul, keras dan memekakkan telinga! Praaak...brak..brakk!!
Itu suara rangka-rangka baja kapal yang patah!
Karena tekanan yang luar biasa besar, bagian ‘jungkat-jungkit’ yang masuk ke dalam air tadi atau seperempat badan kapal dari haluan (depan) sampai batas cerobong asap telah patah, kapal tidak bisa menahan ¾ badan Titanic yang terangkat naik ke atas.
Saat terakhir, ia melihat menara pos jaga ‘Sarang Gagak’, ia segera berenang mendekat, tepat pada saat itu tubuhnya tiba-tiba ikut terseret arus berputar masuk ke dalam pusaran air seiring dengan terbenamnya seluruh badan kapal melesak hilang ke dasar samudera.
Ia tak ingat berapa lama turut berputar di dalam air, yang ia sadari kini Charles telah mengapung di atas pemukaan air karena pelampung yang ia kenakan.
BACA JUGA:Kuatnya Tekanan Air di Lokasi Titanic Robot Tidak Meledak, Ini Alasanya Serta Nama Robotnya
Tak jauh dari sana ia melihat sebuah perahu kayu yang tertelungkup di atas permukaan laut.
Agaknya sebuah sekoci yang terbalik. Mungkin karena berada terlalu dekat dengan pusaran raksasa -bak mesin cuci-yang ditimbulkan oleh terbenamnya buritan kapal.
Charles segera berenang mendekat dan naik di atas punggung perahu.
Nalurinya sebagai awak kapal yang bertanggung jawab segera bangkit, ia menarik beberapa penumpang yang berenang mendekat untuk naik ke sekoci yang terbalik. Semakin lama semakin banyak yang ia tolong, jumlahnya mencapai 30 orang. Semua bisa bernafas lega, setidaknya untuk sementara.
Charles kemudian mengajari para penumpangnya agar secara bergantian berteriak minta tolong. Upaya ini dilakukan supaya didengar sekoci lain. Tetapi teriakan-teriakan itu tak membawa hasil.