RADARMUKOMUKO.COM - Titanic, kapal penumpang terbesar dan termewah pada masanya, tenggelam pada tanggal 15 April 1912 setelah menabrak gunung es di Samudra Atlantik. Dari 2.224 penumpang dan awak kapal, hanya 706 orang yang selamat.
Banyak faktor yang menyebabkan tragedi ini, seperti cuaca buruk, kesalahan navigasi, kurangnya perahu sekoci, dan kecepatan kapal yang terlalu tinggi.
Namun, salah satu faktor yang sering diabaikan adalah jenis baja yang digunakan untuk membangun kapal.
Baja karbon rendah adalah baja dengan kandungan karbon kurang dari 0,25% dari berat keseluruhan baja paduan.
BACA JUGA:Fakta Pasukan 'Kenikmatan' Korea Utara, Tugasnya Bikin Geleng-geleng
Baja ini memiliki keuletan dan ketangguhan yang tinggi, serta mudah dibentuk dan dilas. Baja karbon rendah juga murah dan banyak tersedia pada awal abad ke-20. Oleh karena itu, baja ini dipilih sebagai bahan utama untuk membangun Titanic.
Namun, baja karbon rendah juga memiliki kelemahan.
Baja ini tidak tahan terhadap suhu dingin yang ekstrem.
Ketika suhu turun di bawah titik lebur air, baja ini menjadi rapuh dan mudah retak. Hal ini terjadi karena struktur mikro baja karbon rendah terdiri dari ferit dan sedikit perlit.
BACA JUGA:Sejarah Pembantaian Westerling, 40 Ribu Rakyat Dihabisi Belanda
Ferit adalah fase besi dengan kandungan karbon sangat rendah, sedangkan perlit adalah campuran ferit dan sementit (karbida besi).
Ketika suhu dingin, perlit mengalami kontraksi lebih besar daripada ferit, sehingga menimbulkan tegangan dalam baja.
Pada malam tenggelamnya Titanic, suhu udara mencapai -2°C, sedangkan suhu air mencapai -1°C.
Kondisi ini membuat baja karbon rendah yang membentuk lambung kapal menjadi rapuh.
Ketika kapal menabrak gunung es, baja tersebut tidak mampu menahan benturan dan pecah.