Mengenal 'Mata Langit' Baru Indonesia di Lereng Gunung Purba Timau Kupang

Rabu 26-07-2023,15:41 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

RADARMUKOMUKO.COM - Indonesia belum lama ini, memiliki pusat pengamatan antariksa yang dibangun di Kupang, Nusa Tenggara Timuer (NTT). Nama lengkapnya adalah Observatorium Nasional (Obnas) Timau, berlokasi di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut.

Lokasi itu dikenal memiliki waktu langit paling cerah terbanyak dalam setahun dibanding tempat lain.

Sepintas, bentuk bangunan itu mirip seperti Observatorium Bosscha di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. 

Bangunan yang berbetuk bulat hijau dengan atap seperti kubah warna perak ini menjadi "Mata langit" Indonesia. Bangunan di lereng gunung purba Timau itu merupakan pusat pengamatan atau observasi antariksa modern pertama yang dibangun di bagian timur Indonesia.

Bangunan ini tampak begitu menonjol di tengah perbukitan asri kawasan Gunung Timau, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ia menjadi satu-satunya bangunan kokoh di ketinggian bukit yang banyak ditumbuhi pohon pinus dan semak yang merupakan sebuah kawasan hutan lindung tersebut.

Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Inovasi dan Riset Nasional (BRIN) Robertus Heru di akun Instagram lembaga tersebut menjelaskan, selama lima tahun dilakukan sebuah studi untuk meneliti fraksi malam terhadap langit di beberapa daerah di Indonesia.

"Hasilnya, wilayah Timau masih minim polusi cahaya sehingga optimal untuk dijadikan kawasan pengamatan astronomi," ujarnya dikutib dari indonesia.go.id, Sabtu, 22 Juli 2023.

BRIN menilai, Kupang memiliki waktu langit paling cerah terbanyak dalam setahun dibandingkan tempat-tempat lain di tanah air. 

Hal itu kontras dengan apa yang terjadi di Observatorium Bosscha yang sudah tak layak lagi menjadi pusat pengamatan antariksa karena semakin banyaknya permukiman dan menyebabkan tingginya polusi cahaya.

Lokasi berdirinya sebuah observatorium memang harus berada di kawasan yang gelap dan tidak banyak hambatan awan. Sebab di daerah yang cahayanya sangat rendah itulah kita dapat melihat kelip bintang di langit.

Mengutip website Observatorium Bosscha, komponen polusi cahaya meliputi pendaran langit malam (sky glow) berasal dari cahaya buatan berlebih seperti banyaknya sinar lampu di atas area permukiman dan terpantul ke atas dan dihamburkan oleh aerosol seperti awan atau partikel kecil seperti polutan ke atmosfer. 

Ada lagi, glare atau silau hasil sensasi visual yang dialami seseorang ketika cahaya menyimpang lebih besar dari cahaya yang dapat diadaptasi oleh mata.

BACA JUGA:Gunung Dempo

Ada pula pengelompokan sumber cahaya terang dan membingungkan (clutter) serta light trespass atau dikenal sebagai luberan cahaya, yaitu cahaya jatuh di tempat yang tidak dibutuhkan. 

Seiring itulah, BRIN telah menyiapkan lahan seluas 40 hektare untuk kebutuhan Obnas Timau dan menghabiskan biaya sebesar Rp340 miliar.

Kategori :