Paru-paru manusia tanpa alat bantu hanya mampu menahan tekanan hingga maksimal 3-4 atm atau kedalaman 30-40 meter.
Jika melebihi batas ini, paru-paru manusia akan mengalami kerusakan akibat kompresi udara.
Selain itu, tekanan air laut juga dapat menyebabkan sindrom dekompresi atau penyakit keselam, yaitu kondisi di mana gas-gas yang terlarut dalam darah akan membentuk gelembung jika naik ke permukaan terlalu cepat.
Benda-benda yang menyelam ke dasar laut juga harus dirancang dengan kuat dan tahan terhadap tekanan air laut.
Kapal selam misalnya, rata-rata hanya sanggup menjelajah lautan di kedalaman 250-500 meter. Jika lebih dari itu, kapal selam bisa mengalami keretakan atau bahkan hancur akibat tekanan luar yang lebih besar dari tekanan dalam.
Hal ini pernah terjadi pada KRI Nanggala-402, kapal selam milik TNI AL yang tenggelam di kedalaman 838 meter dan dinyatakan tidak bisa diselamatkan.
Lautan memang memiliki pesona dan daya tarik tersendiri bagi manusia.
Namun, untuk dapat menjelajahi lautan dengan aman dan nyaman, kita harus memperhatikan faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kondisi lautan, salah satunya adalah tekanan air laut.
Dengan memahami konsep dan dampak dari tekanan air laut, kita dapat menghindari risiko-risiko yang mungkin terjadi saat menyelam ke dasar laut.
Artikel ini dilansir dari berbagai sumber : indonesiabaik.id dan www.idntimes.com