RADARMUKOMUKO.COM - Saat tidur, kita sering mengalami mimpi yang terasa sangat nyata. Mimpi bisa berupa gambar, suara, dan perasaan yang berasal dari otak kita. Lalu, bagaimana otak bisa menghasilkan mimpi tersebut?
Para peneliti telah menggunakan alat-alat seperti elektroensefalografi (EEG) dan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk melihat aktivitas otak saat tidur dan bermimpi.
Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa otak kita tidak mati saat bermimpi, tetapi tetap aktif dari batang otak hingga korteks. Kebanyakan mimpi terjadi saat tahap tidur REM (rapid eye movement), yaitu tahap tidur di mana mata bergerak cepat di balik kelopak mata.
Tahap tidur REM diatur oleh sistem aktivasi retikuler, yang sirkuitnya berjalan dari batang otak melalui talamus ke korteks.
Sistem limbik di otak tengah berurusan dengan emosi, baik saat terjaga maupun bermimpi, dan termasuk amigdala, yang sebagian besar terkait dengan rasa takut dan terutama aktif saat bermimpi.
BACA JUGA:Lima Bahan Dapur Ini Bisa Menghilangkan Bau Busuk Pada Kulkas, Caranya Pun Cukup Mudah
Korteks bertanggung jawab atas isi mimpi. Karena kita adalah makhluk yang sangat visual, korteks visual, tepat di belakang otak, sangat aktif saat kita bermimpi, tetapi begitu juga banyak bagian korteks lainnya.
Saat bermimpi, bagian yang paling tidak aktif adalah beberapa bagian dari lobus frontal. Ini mungkin menjelaskan mengapa kita menjadi tidak kritis selama mimpi, menerima kejadian aneh seolah-olah itu nyata sampai akhirnya kita bangun.
BACA JUGA:7 Perang di Daerah, Walau Senjata Tradisional, Belanda Babak Belur
Namun, mengapa kita bermimpi? Apa fungsi dan tujuan mimpi bagi otak dan tubuh kita?
Ada beberapa teori tentang peran mimpi yang kita alami, misalnya:
1. Memproses emosi.
Mimpi dapat melatih kemampuan seseorang terhadap perasaan yang berbeda, dan mungkin menjadi cara yang dilakukan otak untuk mengelola emosi.
2. Membentuk memori.
Bermimpi ketika tidur dapat meningkatkan fungsi kognitif untuk menguatkan memori dan mengingat informasi.