BACA JUGA:Doa Mustajab Sebelum Bekerja, Pintu Rezeki akan Terbuka
“Jangan sampai kita datang ke tanah suci untuk mencari pahala tapi malah menyusahkan orang lain. Jangan buang sampah sembarangan, jangan berebut tempat shalat, jangan menyerobot antrian, jangan mengganggu orang lain dengan suara keras atau bau badan,” kata UAS dalam ceramahnya.
Sedangkan menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), tanda-tanda haji mabrur menurut Rasulullah SAW ada tiga, yaitu santun dalam bertutur kata, menebarkan kedamaian, dan memiliki kepedulian sosial terhadap sesama. Hal ini sesuai dengan dua hadits berikut:
قالوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ؟ قال: \"إِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ
Artinya: "Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?' Rasulullah SAW menjawab, 'Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian,'" (HR Ahmad).
سئل النبي ما بر الحج قال إطعام الطعام وطيب الكلام وقال صحيح الإسناد ولم يخرجاه
Artinya: "Rasulullah SAW ditanya tentang haji mabrur. Rasulullah kemudian berkata, 'Memberikan makanan dan santun dalam berkata.' Al-Hakim berkata bahwa hadits ini sahih sanadnya tetapi tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim." (Umdatul Qari).
UAH menjelaskan bahwa memberikan makanan berarti memberikan kebaikan kepada orang lain, baik secara materi maupun non-materi.
Menebarkan kedamaian berarti tidak membuat keributan, fitnah, atau permusuhan dengan siapa pun.
Santun dalam berkata berarti tidak mengucapkan kata-kata yang kasar, kotor, atau menyinggung orang lain.
“Haji mabrur itu bukan hanya soal ritual ibadah saja, tetapi juga soal akhlak dan budi pekerti.
Haji mabrur itu bukan hanya soal pakaian ihram saja, tetapi juga soal hati yang bersih dan suci.
Haji mabrur itu bukan hanya soal mengunjungi Baitullah saja, tetapi juga soal menjalin hubungan baik dengan sesama makhluk Allah,” ucap UAH.
Artikel ini sudah terbit di Realitasonline.id dengan judul "Makna dan Ciri-ciri Haji Mabrur, Begini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat: Jangan Lupakan Kewajiban ini"