Suku Kalang Terkenal Sakti, Andalan Majapahit Hadapi Suku Dayak

Selasa 11-07-2023,10:12 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Kelompok inilah yang kemudian dipilih sebagai tentara Majapahit dalam upaya penyerangan ke Kalimantan.

BACA JUGA:7 Terancam Suku Punah, Akibat Kerusakan Hutan, Pengaruh Miras dan HIV/AIDS

Dalam peperangan klenik itu, Suku Kalang mendapat kemenangan dalam menghadapi Suku Dayak yang dikenal memiliki ilmu lebih dalam hal-hal gaib.

Kemenangan itu membuat tentara Suku Kalang sempat diangkat menjadi perwira Majapahit. Akan tetapi perilaku mereka yang cenderung liar dan aneh (tidak seperti manusia Jawa pada umumnya) membuat jabatan itu dicopot. 

Kelas sosial mereka berada di bawah selayaknya kaum sudra yang mengerjakan berbagai pekerjaan kasar.

Akan tetapi, setelah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia runtuh, warga Suku Kalang mulai hidup berbaur dengan masyarakat umum. 

Sayangnya sejak saat itu mereka malah menderita karena selalu menjadi sasaran perampokan. Sebab, orang-orang dari Suku Kalang dikenal ulet dalam bekerja, sehingga cukup berada dalam hal finansial.

BACA JUGA:Tradisi Melahirkan 3 Suku di Indonesia, Semak-Semak Hingga Dipisah dengan Suami

Seiring berjalannya waktu, kehidupan keturunan Wong Kalang Berubah. Kini mereka hidup berbaur dengan masyarakat Jawa.

Ada mitos yang menyebutkan, pertama dikemukakan oleh Mitsuo Nakamura pada 1983. Antropolog Jepang itu mengatakan bahwa orang-orang Kalang dulunya adalah tawanan yang ditangkap oleh Sultan Agung dari ekspedisinya di Bali pada awal abad 17.

Mereka dipercaya merupakan keturunan dari kera dan seorang putri, sehingga memiliki ekor pendek serupa kera.

Juga ada mitos lain, Suku Kalang juga dianggap keturunan anjing. Orang Jawa memiliki anggapan yang berbau takhayul bahwa Wong Kalang merupakan anak hasil perkawinan antara seorang perempuan dengan seekor anjing.

BACA JUGA:Asal Mula Tradisi Durhaka, Membuang Orang Hingga Dibiarkan Mati di Hutan

Anggapan itu sebenarnya juga bukan terbentuk dengan sendirinya. Dalam Gegumbregan Gegalungan, upacara yang sekarang sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Kalang, terlihat sekali ekspresi dan simbolisasi gerakan yang meniru perilaku anjing. 

Antara lain, partisipan upacara merangkak seperti anjing. Hal ini dilakukan agar apa yang diinginkan dapat dikabulkan oleh leluhurnya. 

Anjing dalam sistem upacara Galungan tersebut dapat juga dimanifestasikan dalam wujud patung kecil yang diletakkan di depan orang yang merangkak tadi.*

Kategori :