Kebijakan pemerintah India melindungi pulau tersebut diberlakukan dengan alasan mencegah penduduk setempat tertular penyakit, selain menjaga turis agar tidak diserang penduduk lokal.
BACA JUGA:Mengenal Suku Aborigin, Penduduk Asli 'Generasi yang Dicuri'
Chau bukan korban pertama. Pada 2006, dua orang nelayan India meregang nyawa saat nekat memanen kepiting di pesisir Pulau Sentinel Utara.
Setelah insiden tersebut, pemerintah setempat berencana memperketat aturan kunjungan. Hanya peneliti yang telah mengantongi izin yang boleh berkunjung ke Pulau Sentinel Utara.
Sulit memperkirakan jumlah penduduk Sentinel hari ini. Pada 2001, pemerintah India hanya berhasil menghitung secara kasat mata dari jarak jauh dan mendapati 21 penduduk laki-laki dan 18 perempuan.
Sensus India 2011 hanya sukses menghitung 15 orang Sentinel. Hitungan lain memperkirakan antara 50 sampai 200 orang.
Pada 1296, penjelajah Italia Marco Polo menggambarkan Andaman dihuni oleh "ras yang paling brutal dan buas, memiliki kepala, mata dan gigi seperti anjing.
BACA JUGA:Tradisi Pemakaman Langit, Jenazah Suku Tibet Menjadi Makanan Burung
Mereka sangat kejam, membunuh dan memakan setiap orang asing dengan tangan mereka" catat Adam Goodheart dalam The Last Island of the Savages (2000).
Selain orang Sentinel yang khusus tinggal di Pulau Sentinel Utara, ada pula suku-suku lain yang menghuni Kepulauan Andaman seperti Jarawa, Onge dan Andaman Besar.
Berbeda dari orang Sentinel yang mengisolir diri, suku-suku lainnya rata-rata sudah menjalin kontak dengan orang dan dunia luar.
Dalam "A Brief Note On An Encounter With The Andaman Islanders" (2001), Mark Anthony Falzon mencatat bahwa orang-orang Jarawa yang tinggal di pedalaman hutan lebat Pulau Andaman masih mempertahankan pola-pola kehidupan tradisional namun tak menutup kontak dengan penduduk dari luar pulau.*