Setelah kepala dipenggal dan dibawa pulang, rambutnya akan diambil dan dijadikan sebagai hiasan perisai dan gagang pedang.
Sedangkan kepala-kepala tersebut akan dikeringkan dan digantung di depan rumah sebagai lambang keberanian, kebanggaan keluarga, dan kekuatan magis untuk menolak bala.
Bagi suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, tradisi mengayau dilakukan untuk kepentingan upacara Tiwah, yaitu upacara sakral besar dalam agama Kaharingan yang tujuannya untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju langit ke tujuh.
BACA JUGA:5 Suku Pedalaman Memiliki Wanita Cantik Mempesona, Pria Merapat
Di kalangan masyarakat Kenyah, perburuan kepala penting dalam hubungannya dengan Mamat, yaitu pesta pemotongan kepala, yang mengakhiri masa perkabungan dan menyertai upacara inisiasi untuk memasuki sistem status bertingkat, Suhan, untuk para prajurit perang.
Pemburu-pemburu kepala yang berhasil berhak memakai gigi macan kumbang di telinganya, hiasan kepala dari bulu burung enggang, dan sebuah tato dengan desain khusus.
Serangan-serangan para pemburu kepala dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari sepuluh hingga dua puluh orang laki-laki yang bergerak secara diam-diam dan tiba-tiba.
BACA JUGA:Ritual Suku Aztec, Tumbal Manusia Yang Dikenal Sadis
Mereka sangat memperhatikan pertanda-pertanda, khususnya burung-burung. Setelah digunakan dalam upacara-upacara Mamad, kepala-kepala itu digantung di beranda rumah panjang, berhadapan dengan ruang-ruang tengah yang menjadi tempat tinggal ketua rumah panjang.
Pada masa lalu Suku Dayak Iban dilaporkan sebagai pemburu kepala yang paling terkenal di Kalimantan. Suku Dayak Iban melakukan upacara perburuan kepala yang disebut Gawai.
BACA JUGA:Tradisi Suku Muria, Festival Ritual Bebas Bercinta Rame-rame Pra Nikah
Upacara ini tidak hanya bersifat religius, tetapi juga melibatkan pesta besar-besaran dengan minum-minuman dan bersenang-senang.
Bagi mereka, pedang dan tombak memang lazim digunakan untuk menyelesaikan segala masalah. Peperangan antar suku demi menguasai wilayah kelompok lain pun jadi hal biasa.
Dalam setiap pertempuran, kepala jadi incaran dan selain dipajang di rumah, bisa juga digantung di pohon yang dianggap keramat.
BACA JUGA:Tradisi Suku Brokpa, Istri Berhias Agar Dilirik Suami Orang
Tradisi Lawang Sakepeng Bermakna Pemutus Rintangan dan Malapetaka dalam Pernikahan Adat Dayak Ngaju