Jika seseorang memakan serangga itu, maka akan bisa melakukan hubungan badan selama 6 jam tanpa henti.
3. Suku Trobriander
Suku yang bermukim di Papua Nugini dan merupakan penduduk asli wilayah tersebut, yakni Suku Trobriander, juga memiliki tradisi yang tergolong nyeleneh.
Suku tersebut mengizinkan anak di bawah umur untuk berhubungan bebas.
BACA JUGA:Asal Usul 5 Suku Asli Provinsi Sumatera Selatan, Keturunan Raja
Menurut kepercayaan masyarakat Suku Trobriander, hubungan dewasa anak adalah sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan dari budaya dan senantiasa melekat.
Bagi anak laki-laki, sudah diperbolehkan untuk melakukan hubungan saat usianya menginjak 10 tahun.
Sementara itu, anak perempuan bisa melakukan hubungan badan di usia 8 tahun.
4. Suku Kreung
Para orang tua Suku Kreung di Kamboja sengaja membuatkan gubuk bambu yang berlokasi jauh dari kediamannya.
Gubuk tersebut dinamai gubuk cinta dan digunakan oleh anak perempuan untuk bersosialisasi dan bereksperimen, termasuk dalam berhubungan.
Biasanya, gubuk cinta dibuat saat si anak berusia remaja, tepatnya sekitar 15 tahun.
Bagi Suku Kreung, seks bebas sebelum menikah adalah hal biasa dan dapat diterima. Hal tersebut dianggap sebagai sebuah usaha untuk mencari calon suami bagi remaja perempuan.
BACA JUGA:Gubuk Cinta Bagi Gadis Suku Kreung, Bebas Berhubungan dengan Banyak Lelaki
Sementara itu, anak laki-laki Suku Kreung juga ditanamkan sifat tidak agresif ketika menerima undangan dari pihak perempuan.
Sebab, perilaku hormat dan menghargai perempuan tersebut akan mempengaruhi keturunan keluarga dan citra keluarga mereka.