RADARMUKOMUKO.COM - Tidal lama lagi, atau sekitar bulan juli ini, warga Kepulauan Riau akan melaksanakan festival besar, salah satunya Festival Bakar Tongkang di Rokan Hilir. Tradisi bakar tongkang salah satu yang banyak ditunggu-tunggu, karena kemeriahannya dan menjadi daya tarik warga dari luar.
Tahukan kamu apa itu tradisi bakar tongkang?
Ritual Bakar Tongkang dikenal juga sebagai Upacara Bakar Tongkang atau singkatnya dalam Bahasa Hokkien dikenal sebagai Go Gek Cap Lak. Bakar Tongkang adalah sebuah ritual tahunan masyarakat di Bagansiapiapi yang telah terkenal di mancanegara dan masuk dalam kalender visit Indonesia.
BACA JUGA:Tradisi Aneh Suku Tiv, Menyayat Perut Wanita
BACA JUGA:Kukuh Jaga Tradisi Leluhur, 7 Suku di Indonesia Menolak Dunia Modern
Setiap tahunnya ritual ini mampu menyedot wisatawan dari negara Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan hingga Tiongkok Daratan. Kini even tahunan ini gencar dipromosikan oleh pemerintah Kabupaten Rokan Hilir sebagai sumber pariwisata.
Dilansir dari wikipedia dan berbagai sumber, bakar tongkang, salah satu tradisi unik dari para keturunan Tionghoa yang tinggal di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Kisahnya, mereka berasal dari China, kemudian merantau dan tinggal di Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.
Tradisi bakar tongkang pun bermula dari para keturunan Tionghoa di Kota Bagansiapiapi. Tetapi, karena ada yang kemudian pindah ke Kota Batam, Kepri, tradisi ini dibawa ke Kepri.
BACA JUGA:Suku Oni Bersembunyi Tak Mau Ditemui, Karena Barang Miliknya Sering Dipinjam dan Tidak Kembali
BACA JUGA:Syarat Menikah, Gadis Suku Ini Wajib Bercinta Dengan 20 Pria
Bermula dari tuntutan kualitas hidup yang lebih baik lagi, sekelompok orang Tionghoa dari Provinsi Fujian - China, merantau menyeberangi lautan dengan kapal kayu sederhana. Ada tiga kapal tongkang yang berlayar dari Fujian, China, ke wilayah nusantara.
Tiga kapal tongkang tersebut memuat warga Tionghoa. Nahas, di tengah perjalanan, dua dari tiga kapal tongkang itu karam.
Hanya tersisa satu kapal yang di dalamnya membawa 18 orang Tionghoa. Sebanyak 18 orang yang kesemuanya bermarga Ang, di antaranya: Ang Nie Kie, Ang Nie Hiok, Ang Se Guan, Ang Se Pun, Ang Se Teng, Ang Se Shia, Ang Se Puan, Ang Se Tiau, Ang Se Po, Ang Se Nie Tjai, Ang Se Nie Tjua, Ang Un Guan, Ang Cie Tjua, Ang Bung Ping, Ang Un Siong, Ang Sie In, Ang Se Jian, Ang Tjie Tui.
Sebanyak 18 orang yang selamat ini membawa serta patung Dewa Kie Ong Ya dan Dewa Tai Su Ong.