MUKOMUKO, RADARMUKOMUKO.COM – Kuota gas elpiji 3 kilogram untuk wilayah Kabupaten Mukomuko capai 4.500 ton per tahun. Jika dicek dari status ekonomi masyarakat, diperkirakan cukup. Tiada lagi warga miskin kesulitan dapatkan gas untuk kebutuhan rumah tangganya.
Penyebab utama kerap terjadi kelangkaan, masih banyak ditemukan warga kategori mampu belum mengubah prinsip hidup. Masih ingin bertengger di label warga miskin.
BACA JUGA:Jokowi Kerjai Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Bukan Lewat Jalan Yang Diperbaiki
Hal ini disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kabupaten Mukomuko, Nurdiana, SE,. MAP kepada radarmukomuko.com, Jum’at, 5 Mei 2023.
‘’Jika semua warga mampu sudah mengubah prinsip hidup. Tidak bertengger di label warga miskin, gas elpiji 3 kilogram tak mungkin langka. Kuota gas subsidi untuk Mukomuko cukup banyak. Diperkirakan cukup untuk kebutuhan warga miskin,’’ ungkap Nurdiana.
Secara jujur, Nurdiana mengakui bahwa jelang memasuki Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah/2023 Masehi, gas elpiji subsidi pemerintah untuk wilayah Kabupaten Mukomuko langka. Jika pun ada, konsumen ditekan dengan tarif jual jauh di atas Harga Eceran Tetap (HET).
Mengatasi kelangkaan ini, Disperindagkop dan UKM Mukomuko langsung koordinasi dengan pihak Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu, minta bantuan tambah pasokan kepada pihak Pertamina.
‘’Kejadian jelang lebaran kemarin. Elpiji 3 kilo hilang di peredaran. Jika pun ada, harganya tinggi, berkisar Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per tabung. Mengatasi ini, kita koordinasi dengan pihak provinsi. Beruntung pihak Pertamina bersedia menambah pasokan gas sekitar seribu tabung untuk wilayah Mukomuko,’’ ujarnya.
BACA JUGA:Perbedaan Bibit Sawit Palsu dan Asli, Begini Cara Mengeceknya
Untuk saat ini, kata Nurdiana, persediaan gas elpiji 3 kilogram di wilayah Kabupaten Mukomuko masih dalam kategori aman. Agar tidak terjadi lagi kelangkaan, ia mengimbau para warga mampu menumbuhkan kesadaran, menanamkan prinsip tidak lagi menopang label warga miskin.
‘’Mari kita tanamkan prinsip mulai dari sekarang. Jika kita merasa mampu, kurangilah menempel di label hak warga miskin. Ingat, tidakkah perbuatan kita semasa hidup akan diperhitung di akhirat kelak,’’ ulasnya. *