PENARIK, RADARMUKOMUKO - Mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa populasi babi hutan di Kabupaten Mukomuko turun drastis. Penurunan babi terjadi sejak setahun lalu. Bagi masyarakat yang sehari-hari beraktivitas di kebun atau hutan, mereka bisa merasakan perbedaan ini. Di mana mereka hampir tidak pernah bertemu atau melihat babi hutan. Setidaknya sejak 1 tahun terakhir.
"Sekitar 1 tahun yang lalu, saya sering melihat bangkai babi hutan. Tidak ada luka, tapi mati. Dan itu terjadi dibanyak tempat," ujar Badar, salah seorang karyawan PT. Sipef Biodiversity Indonesia (SBI).
BACA JUGA:Beda dengan Hewan Lainnya, Begini Cara Capybara Bertahan Hidup dari Serangan Predator
Badar juga menyampaikan, kegiatan sehari-hari adalah memantau wilayah kerja. Keluar masuk hutan. Hampir 1 tahun terakhir, tidak pernah melihat babi hutan. Beda dengan sebelumnya, setiap minggu melihat gerombolan babi hutan. Jumlah bisa belasan hingga puluhan.
"Dari kamera trap yang kami pasang, hanya terpantau sekali. Itupun hanya 1 ekor," tambah Badar di kantornya, Senin 20 Februari 2023.
Terpisah, Kabid Peternakan, Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, drh. Diana Nurwahyuni, menjelaskan, pihaknya tidak memiliki tim untuk memantau populasi babi hutan. Populasi babi yang terpantau, adalah yang diternak oleh warga. Terkait penurunan populasi babi hutan, disebabkan adanya penyakit demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Terkait penyakit ini, pihak Kementrian telah memberikan surat edaran larangan berburu babi. Tahun lalu, ASF menyerang babi secara global. Bukan hanya di Mukomuko, atau Indonesia, tapi seluruh dunia.
"Penurunan populasi babi, disebabkan adanya serangan ASF. Tahun lalu kami menerima surat edaran dari Kementrian, larangan berburu babi," jelas Diana.
BACA JUGA:Mengenal Jenis-jenis Poster berdasarkan Isinya
Diana menambahkan, larangan berburu babi sudah dicabut. Ini sebagai tanda bahwa penyakit ASF, sudah berlalu. Ia juga menyampaikan, babi merupakan hewan yang perkembangan sangat cepat. Sekali melahirkan bisa 8 anak, bahkan lebih.
"Larangan buru babi sudah dicabut. Sekitar 1 tahun, populasi babi akan meningkat drastis. Berburu, salah satu langkah mengendalikan populasi," tambah Diana.
ASF adalah penyakit viral pada babi. Sangat menular, dan tingkat kematian sangat tinggi.
ASF disebabkan oleh virus DNA dengan untai ganda.
BACA JUGA:Memperingati Isra’ Mi’raj, Ustad Feri Irawan Kisahkan Rosulullah Diperjalankan Dari Masjid Ke Masjid
ASF disebabkan oleh virus DNA. ASF virus sangat tahan terhadap pengaruh lingkungan. Dapat hidup dalam darah selama 18 bulan. Dalam daging dingin bisa bertahan selama 15 minggu. Dalam daging beku bisa bertahan beberapa tahun.
"Virus ASF tidak menular kepada manusia," imbuh Diana.