"Witing Tresno Jalaran Soko Kulino" Pepatah Jawa yang memiliki arti "Tumbuh cinta karena sering berjumpa" sepertinya tepat untuk menggambarkan perjalanan cinta antara Novialdi dengan Purnawati. Purnawati merupakan wanita kelahiran Kota Bengkulu. Karena tugasnya sebagai bidan desa, ia 'merantau' ke Pasar Bantal, Kecamatan Teramang Jaya. Di desa inilah keduanya bertemu. Seringnya mereka bertemu dan berinteraksi, hingga menumbuhkan rasa cinta, di hati masing-masing. Ketika Novialdi, mengutarakan rasa cintanya, gayung bersambut. Keduanya merasa cocok, dan memutuskan untuk menikah.
Sahad Abdullah - Teramang Jaya
Tahun 1989, Novialdi memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Ketika itu usianya 26 tahun. Usia yang sudah cukup matang untuk mulai membangun rumah tangga. Pilihannya jatuh pada bidan desa yang bertugas di Puskesmas Pasar Bantal, Purnawati. Usianya 3 tahun lebih muda. Pertemuan antara Novialdi dengan Purnawati, sepertinya bukan kebetulan. Tapi ada campur tangan Tuhan YME. Betapa tidak, Novialdi lahir di Batu Sangkar, Sumatera Barat, sedangkan Purnawati lahir di Kota Bengkulu. Keduanya bertemu di Pasar Bantal. Pesta dan akad nikah dilaksanakan di kediaman mempelai wanita, di Kelurahan Bajak, Kota Bengkulu. Setelah menikah, keduanya kembali ke Pasar Bantal, untuk menjalankan tugas dan pekerjaan masing-masing. Pengantin baru ini tinggal di kopel atau rumah dinas Puskesmas. Sebagai abdi negara yang terikat dengan tugas dan aturan, ada konsekuensi yang harus dijalani. Belum genap setahun menikah, Novialdi dipindahkan ke daerah transmigrasi K-3 Karang Pulau. 2 tahun di Karang Pulau, tepatnya 1992, kemudian pindah ke Mukomuko 1c, Desa Tanjung Jaya hingga tahun 1994, dan kembali pindah ke Desa Air Hitam. Sedangkan sang istri, tetap tinggal di Pasar Bantal.
"Tahun 1991, lahir anak pertama kami. Perempuan, saya bernama Fasyah Since Andampury. Sekarang menjadi dokter,'' cerita pak Haji.
10 tahun honor dan ditempatkan di berbagai daerah, merupakan ujian yang harus dilalui. Dan Novialdi dinyatakan 'lulus' ujian. Awal tahun 1994, Novialdi dipromosikan untuk diangkat menjadi CPNS -Calon Pegawai Negeri Sipil-. 3 tahun kemudian, 1997, mendapat kesempatan untuk mengikuti tugas belajar di Akademi Penyuluh Pertanian -APP- Medan. Selama 3 tahun. Setelah lulus, menambah pendidikan selama 1 tahun lagi. Dan secara resmi menyandang gelar Sarjana Pertanian. Novialdi, SP. Selesai pendidikan, ditarik ke Kota Bengkulu. Tepatnya di unit pengendalian mutu benih perkebunan. Setahun kemudian dipindahkan ke Kantor Dinas Perkebunan, Bengkulu Utara, yang berkedudukan di Arga Makmur.
"Setelah Mukomuko mekar menjadi kabupaten, saya mengajukan permohonan menjadi PNS daerah Mukomuko. Sebelum mendapat tugas belajar, tahun 1995-1996, saya bertugas sebagai petugas perkebunan Kecamatan Perwakilan Pondok Suguh,'' ungkap Novialdi (SP).
Selama malang melintang ke berbagai daerah, sang istri tetap tinggal di Pasar Bantal. Sebagai kepala keluarga, sesekali pulang untuk memberikan nafkah (lahir dan batin) kepada istri dan anak. Tahun 1996, lahir anak kedua. Diberi nama Ilvan Dona Rahmandhala, sudah menyandang Sarjana Teknik (ST). Lima tahun kemudian, tepatnya tahun 2021, lahir anak ketiga. Namanya Muhammad Fadhillah Sakti. Sebagai bidan desa, Purnawati, memiliki tanggungjawab moral untuk menyukseskan program pemerintah, 2 anak cukup. -Tambuah ciek da-.(Bersambung)
Baca Juga :
Jejak Pengabdian Pak Haji - Novialdi - (Bagian-1)