RADARMUKOMUKO.COM – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi akhirnya diumumkan pemerintah pusat, naik.
Kenaikan untuk berbagai jenis bahan bakar ini cukup tinggi. Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Naik di atas 31 persen
Kemudian Bio Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 naik di atass 32 pesesen. Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter.
Kenaikan harga ini BBM ini tentu menjadi keluhan hampir seluruh lapisan masyarakat, tidak terkecuali Ibu Rumah Tangga (IRT).
Alasannya kenaikan BBM akan menyebabkan seluruh kebutuhan pokok ikut melambung, sementara harga comunity hasil pertanian salah satunya sawit bakal turun.
Seperti disampaikan salah seorang IRT Yenti, persoalan besar dari kenaikan harga BBM bukan pada pengisian bahan bakar kendaraan motor maupun mobil pribadi. Tapi yang jadi masalah utama adalah seluruh kebutuhan pokok masyarakat akan ikut naik. Kondisi ini menyebabkan biaya hidup semakin tinggi, sementara pendapatan tidak ikut baik.
‘’Kalau masalah beli minyak kendaraan, bisa kita kurangi pembeliannya, sesuai kebutuhan saja dan mengurangi penggunaan kendaraan. Tapi persoalannya bukan itu saja, biasanya kalau harga BBM naik, maka semua harga kebutuhan masyarakat akan ikut naik, baik kebutuhan pokok maupun non pokok,’’ katanya.
Juga salah seorang petani, Hartono mengatakan kenaikan BBM menyebabkan kenaikan semua jenis kebutuhan masyarakat. Termasuk biaya transportasi Mukomuko - Bengkulu. Sebelum nya Rp 130.000 sekarang sudah Rp 170. 000 naik di atas 30 persen. Sementara harga komunity hasil pertanian masyarakat, seperti sawit maupun karet cenderung turun.
Karena kenaikan biaya angkut dibebankan kepada petani dengan menurunkan harga beli hasil panen masyarakat. Intinya apapun dalihnya, kenaikan harga BBM yang akan dirugikan adalah tetap masyarakat.
‘’Apalagi Mukomuko penghasil sawit, CPO-nya diangkut perusahaan ke luar daerah, maka dengan naiknya BBM, pihak perusahaan pasti juga akan menaikkan anggaran transportasi, untuk menutupinya, maka harga beli buah warga dikurangi,’’ tegasnya.
Dikutip dari berbagai pemberitaan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan penyebab kenaikan harga bahan BBM subsidi, khususnya yang dijual oleh PT Pertamina (Persero) di tengah turunnya harga minyak dunia.
Pasalnya, dalam hitungan pemerintah, beban subsidi dan kompensasi akan tetap membengkak di atas Rp 502,4 triliun. Kenaikan ini ditetapkan karena berdasarkan perhitungan yang telah dilakukannya, sekalipun harga minyak mentah dunia mengalami penurunan, besarannya tidak akan cukup untuk meredam jebolnya anggaran subsidi dan kompensasi energi.
Anggaran subsidi dan kompensasi energi yang ditanggung pemerintah kini telah naik sampai Rp 502,4 triliun dari awalnya Rp 152,5 triliun. Terdiri dari subsidi untuk BBM dan LPG dari Rp 77,5 triliun menjadi Rp 149,4 triliun, listrik Rp 56,5 triliun ke Rp 59,6 triliun. Dan kompensasi BBM dari Rp 18,5 triliun menjadi Rp 252,5 triliun serta kompensasi listrik naik dari Rp 0 jadi Rp 41 triliun sehingga total subsidi dan kompensasi untuk BBM, LPG, listrik itu menapai Rp 502,4 triliun.(jar)