6 Kebiasaan Sehari-Hari yang Memicu Tumor Otak yang Sering Disepelekan

6 Kebiasaan Sehari-Hari yang Memicu Tumor Otak yang Sering Disepelekan

6 Kebiasaan Sehari-Hari yang Memicu Tumor Otak yang Sering Disepelekan--

RADARMUKOMUKO.COMTumor otak merupakan pertumbuhan sel abnormal di dalam atau sekitar otak yang dapat menimbulkan berbagai gejala serius, seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, hingga perubahan perilaku.

Meskipun beberapa faktor risiko tidak dapat dihindari, seperti genetika dan usia, terdapat kebiasaan sehari-hari yang sering dianggap sepele namun dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor otak.

Mengenali dan menghindari kebiasaan-kebiasaan ini adalah langkah penting dalam upaya pencegahan.

1. Merokok

Merokok dikenal luas sebagai penyebab utama berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru-paru. Namun, kebiasaan ini juga berpotensi memicu tumor otak.

BACA JUGA:Toyota Recall Yaris Cross Hadir di Indonesia, Ini Spesifikasinya

BACA JUGA:Dampak Buruk Tidur Terlalu Lama, Benarkah Bisa Membuat Berat Badan Naik?

Kandungan bahan kimia dalam rokok dapat merusak DNA sel, termasuk sel-sel otak, yang kemudian dapat berkembang menjadi tumor. Selain itu, merokok dapat meningkatkan risiko metastasis, yaitu penyebaran sel kanker dari organ lain ke otak.

2. Konsumsi Alkohol Berlebihan

Konsumsi alkohol secara berlebihan tidak hanya berdampak pada hati, tetapi juga dapat meningkatkan risiko tumor otak. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan dan mutasi DNA, serta melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi kurang efektif dalam melawan pertumbuhan sel abnormal.

Selain itu, kebiasaan ini seringkali disertai dengan pola makan yang buruk, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.

3. Kelebihan Berat Badan dan Obesitas

Obesitas telah dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai jenis kanker, termasuk tumor otak jenis meningioma. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan kelebihan berat badan memiliki risiko 21% lebih tinggi terkena meningioma.

Sementara itu, mereka yang obesitas memiliki risiko hingga 54% lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: