Daerah Di Bengkulu Ini Disebut Sebagai Batavia Kecil, Daerah Terisolasi dan Jadi Tempat Pertambangan Emas

Daerah Di Bengkulu Ini Disebut Sebagai Batavia Kecil, Daerah Terisolasi dan Jadi Tempat Pertambangan Emas

Daerah Di Bengkulu Ini Disebut Sebagai Batavia Kecil, Daerah Terisolasi dan Jadi Tempat Pertambangan Emas-Istimewa-Berbagai Sumber

Terlebih pada masa PT Lusang Mining menguasai Lebong Tandai, desa kecil tersebut berubah bak kota metropolitan, dengan semua gemerlap kemewahan dan fasilitas yang sangat modern pada masanya.

Akan tetapi pada tahun 1994, PT Lusang Mining mengalami kebangkrutan sehingga harus meninggalkan Lebong Tandai.

“Mendengar hal tersebut, masyarakat pribumi kembali ke tanah kelahirannya dan melanjutkan aktivitas pertambangan menggunakan alat-alat peninggalan PT Lusang Mining,” lanjut Dodi.

Hingga saat ini Lebong Tandai masih beroperasi sebagai pertambangan masyarakat setempat. Bangunan-Bangunan yang masih layak peninggalan PT juga masih menjadi tempat tinggal masyarakat.

Tidak hanya warga Lebong Tandai. Sebutan Batavia Kecil sudah tenar sejak kolonial Belanda masuk ke Bengkulu untuk menguasai lokasi tambang emas di daerah tersebut.

Desa yang dihuni tidak kurang dari 230 kepala keluarga (KK) itu sempat menjadi incaran banyak negara seperti Portugis, Inggris, Belanda, Cina dan Jepang.

Bahkan setelah zaman penjajahan banyak investor melirik Batavia Kecil. Meskipun berada di daerah terpencil dan jauh dari dunia luar. 

Pada jaman penjajahan Belanda, semua fasilitas di desa tersebut sudah lengkap.Hal tersebut ditandai dengan masih ada bekas bangunan perusahaan Mijnbouw Maatschappij Simau, milik Kolonial Belanda. 

Di mana perusahaan itu masuk ke Batavia Kecil untuk menguasai tambang emas, sekira tahun 1904.

Pada zaman itu di Batavia Mini atau Batavia Kecil juga di bangun kamar bola atau tempat bermain biliar. 

Lalu, lapangan Basket, lapangan Tenis, bangunan rumah Kuning atau Rumah Bordil/Lokalisasi. Tidak hanya itu, bangunan rumah sakit, Helipad tempat Helikopter mendarat, mini market dan Bioskop.

Peninggalan jaman Kolonial Belanda itu masih berdiri kokoh di desa yang didiami oleh sekira 680 jiwa. Namun, untuk bangunan bioskop dan rumah kuning sudah tidak ada.

Saat ini bangunan peninggalan jaman Kolonial Belanda itu sudah menjadi inventaris desa. Hal ini ditandai dengan warga yang menjadikan bangunan peninggalan sebagai tempat tinggal mereka.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: