Cinta Terakhir Bung Karno, Heldy Djafar Yang Sudah Diramal Sejak Kecil akan Mendapat Orang Besar
Cinta Terakhir Bung Karno, Heldy Djafar Yang Sudah Diramal Sejak Kecil akan Mendapat Orang Besar--
Awal pertemuan dengan Soekarno, dimana bermula tahun 1964, Kakak Heldy bernama Yus dipercaya oleh protokol kepresidenan untuk menyiapkan barisan Bhinneka Tunggal Ika ke Istana Negara dalam rangka penyambutan tim Piala Thomas.
Heldy terpilih sebagai bagian dari barisan tersebut sebagai wakil dari Kalimantan. Begitu juga sepupu dan keponakannya. Presiden Soekarno menaiki anak tangga Istana melalui barisan Bhineka Tunggal Ika yang sudah rapi berbaris dan berdiri di setiap anak tangga.
Bung Karno menaiki anak tangga satu persatu sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Tepat saat mendekati barisan di belakang Heldy, ia menyapa dengan caranya yang khas.
Selanjutnya, pertemuanantara Heldy dengan Bung Karno terjadi, ketika kepala sekolahnya, mengajak murid-muridnya, termasuk Heldy, ke Istana Bogor untuk masuk ke dalam barisan Bhineka Tunggal Ika. Mereka berangkat menumpang bus khusus.
Sesampainya di Istana Bogor, para pagar ayu diminta berbaris dan menempati posisinya masing-masing untuk siap-siap menerima tamu. Saat itu, Heldy memilih berdiri di pojok, takut dilihat Sukarno.
Ketika Presiden Sukarno memasuki ruangan untuk melihat barisan Bhineka Tunggal Ika, matanya mendadak menatap Heldy. Melalui ajudannya, Heldy lalu dipanggil Soekarno.
Setelah itu, pertemuan antara Soekarno dengan Heldy terjadi kembali, saat anggota barisan Bhineka Tunggal Ika diwajibkan menyanyi di depan presiden, satu persatu. Dari sekian anggota, Heldy mendapat urutan nomor satu untuk menyanyi.
Ia pun tarik olah vokal, menyanyikan lagu asal Kalimantan. Usai menyanyikan lagu berjudul 'Bajiku Batang' (padi), Bung Karno meminta Heldy untuk menyanyikannya sekali lagi.
Pertemuan selanjutnya terjadi saat Yus kakak kandung Heldy meminta ke Istana untuk menjadi pagar ayu kembali. Saat Bung Karno masuk ruangan, kedua matanya menyapu semua sudut ruangan. Lalu, Bung Karno memperhatikan Heldy yang ketika itu mengenakan kebaya warna hijau. Lalu dipanggilah Heldy.
Heldy pun diminta untuk menampilkan tari lenso. Ia takut melakukan kesalahan saat lenso dengan presiden. Untungnya, selama di Jakarta, ia pernah diajari menari lenso oleh kakaknya. Malam itu, tamu negara yang hadir diantaranya ada Titiek Puspa, Rita Zahara dan Feti Fatimah.
Heldy lalu duduk di kursi yang letaknya persis di belakang presiden. Selama ini siapapun yang dipilih Bung Karno untuk menari lenso, selalu duduk di dekatnya. Saat berlenso dimulai, Bung Karno mulai mengajak Heldy.
Di hadapan banyak tamu penting, juga artis penghibur yang lebih senior seperti Titiek Puspa, Rita Zahara, dan Feti Fatimah, Heldy menyambut uluran tangan Presiden.
Saat menari inilah Soekarno banyak bertanya dan bercapak dengan Heldy hingga hubungan mereka semakin dekat. Setelahnya kondisi Heldy langsung berubah, karena ia sering diamati, juga ada anggota Cakrabirawa, pasukan pengamanan Presiden, yang selalu menjaganya.
Heldy yang memang cantik awalnya banyak di naksir Heldy oleh pria lainnya, namun setelah mengetahui ia dekat dengan Soekarno, semua mundur teratur.
Melansir dari grid.id, Tanggal 12 Mei 1965, Bung Karno berkunjung ke rumah Erham tempat Heldy tinggal. Saat itu bahkan Bung Karno bertemu dengan orang tua Heldy. Sejak itu Soekarno lebih sering datang, juga sering memberi uang. Bahkan saat orang tua Heldy, yaitu Hj. Hamiah ke Jakarta Bung Karno juga memberi uang. Belakangan Heldy diberi mobil Holden Premier warna biru telur asin. Heldy jadi sering ke Istana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: