Raden Mas Said Ahli Strategi Penyambar Nyawa Tak Terkalahkan, Ikrar Sehidup Semati 'Pamoring Kawulo Gusti'

Raden Mas Said Ahli Strategi Penyambar Nyawa Tak Terkalahkan, Ikrar Sehidup Semati 'Pamoring Kawulo Gusti'

Raden Mas Said Ahli Strategi Penyambar Nyawa Tak Terkalahkan, Ikrar Sehidup Semati 'Pamoring Kawulo Gusti'--

RADARMUKOMUKO.COM - Dituliskan dalam laman Pemerintah Daerah Wonogiri, sejarah terbentuknya Kabupaten Wonogiri tidak bisa terlepas dari perjalanan hidup dan perjuangan Raden Mas Said atau dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa atau Sambernyowo. 

Diketahui, Raden Mas Said, merupakan seorang pahlawan nasional yang dikenal dengan kemampuannya sebagai ahli strategi perang. Catatatanya tentang berbagai pertempuran yang dilakukannya dituangkan dalam tulisannya yaitu Babad Lelampahan.

Kegigihan Raden Mas Said dalam memerangi musuh-musuhnya sudah tidak diragukan lagi, bahkan hanya dengan prajurit yang jumlahnya sedikit, tidak akan gentar melawan musuh. 

BACA JUGA:Letnan Komarudin Salah Tanggal Serangan Umum 1 Maret, Tapi Sukses Membuat Belanda Lengah

BACA JUGA:Komitmen Kuat pada Sustainable Financing, BRI Kembali Terbitkan Green Bond, Cek Jadwalnya !

Raden Mas Said merupakan panglima perang yang mumpuni, terbukti selama hidupnya sudah melakukan tidak kurang 250 kali pertempuran dengan tidak menderita kekalahan yang berarti. 

Dari sinilah Raden Mas Said mendapat julukan “Pangeran Sambernyawa” karena dianggap sebagai penebar maut (Penyambar Nyawa) bagi siapa saja musuhnya pada setiap pertempuran.

Berkat keuletan dan ketangguhan Raden Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran.

Pada perundingan yang melibatkan Sunan Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan pihak Kompeni Belanda, disepakati bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I. 

Penetapan wilayah kekuasaan Raden Mas Said terjadi pada tanggal 17 Maret 1757 melalui sebuah perjanjian di daerah Salatiga. 

Kedudukannya sebagai Adipati Miji sejajar dengan kedudukan Sunan Paku Buwono III dan Sultan Hamengkubuwono I dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Keduwang (daerah Wonogiri bagian timur), Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul.

Diketahui, Raden Mas Said lahir di Kartosuro tanggal 7 April 1725 dan wafat di Surakarta pada tanggal 28 Desember 1795 dalam usia 70 tahun. 

Raden Mas Said adalah putra dari KPA Aryo Mangkunegoro, putra sulung dari Amangkurat IV (Pakubuwono I). Karena perlawanannya terhadap Belanda, Aryo Mangkunegoro diasingkan oleh Belanda ke Srilangka dan kemudian dipindahkan ke Tanjung Harapan.

Saat usia dua tahun, Raden Mas Said harus kehilangan ayahandanya karena dibuang oleh Belanda ke Tanah Kaap (Ceylon) atau Srilanka. Hal itu karena ulah keji berupa fitnah dari Kanjeng Ratu dan Patih Danurejo. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: