Sejarah Selokan Mataram dan Kecerdikan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX Hindari Warganya dari Romusha
Sejarah Selokan Mataram dan Kecerdikan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX Hindari Warganya dari Romusha--
Usul Sultan tersebut kemudian disetujui oleh Jepang, sehingga warga Yogyakarta tidak perlu mengikuti romusha, karena difokuskan untuk membangun sebuah kanal irigasi yang kemudian dikenal dengan nama Kanal Yoshiro dan kini dikenal dengan nama Selokan Mataram
Merujuk dari kanal Pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta jogjaprov.go.id, sejarawan UGM, Sri Margono mengatakan cagar budaya Selokan Mataram memiliki sejarah yang sangat panjang dan penting sekali dalam sejarah Indonesia khususnya DIY.
Ide dari pembuatan dari kanal tersebut datang dari Sultan HB IX pada masa pendudukan Jepang dengan propaganda romusha yang juga dikenakan pada seluruh rakyat Yogyakarta.
BACA JUGA:8 Benteng Peninggalan Penjajah Belanda, Diantaranya Terkenal Angker Kerap Ada Penampakan Sosok Gaib
BACA JUGA:10 Senjata Andalan Pahlawan Indonesia Melawan Penjajah, Bahkan Beberapa Diantaranya Dikenal Sakti
Oleh karena itu, Sultan HB IX mencoba berdiplomasi agar rakyatnya tidak terlibat didalamnya, salah satu dalihnya untuk persiapan perang itu diperlukan semacam logistik atau bahan pangan yang melimpah agar rakyat tidak kelaparan.
“Guna meningkatkan produksi pangan dibutuhkan irigasi yang baik agar persawahan atau tanaman pangan bisa mencukupi dan berhasil dengan panen melimpah sehingga saluran irigasi itu menjadi sangat penting. Diplomasi seperti itulah yang disukai pada waktu itu. Alhasil, rakyat tidak dikirim romusha tetapi diikutsertakan dalam pembuatan irigasi yang dikenal sekarang sebagai Selokan Mataram dan direstui Pemerintah Jepang,” ucapnya.
Margono mengungkapkan orang yang ikut romusha akan dibawa ke suatu tempat di mana ada proyek pemerintah Jepang. Umumnya banyak yang tidak bisa pulang, mengenaskan dan meninggal.
"Kita bisa bayangkan jika proyek irigasi ini tidak pernah dibuat, sangat mungkin orang Yogyakarta banyak yang keluar dan nasibnya tidak diketahui. Hal ini juga akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat terutama di pedesaan,” imbuhnya.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: