Perang Puputan Suku Osing Tidak Mau Diatur Penjajah, Perang Hingga Mati Ketimbang Dijajah

Perang Puputan Suku Osing Tidak Mau Diatur Penjajah, Perang Hingga Mati Ketimbang Dijajah

Perang Puputan Suku Osing Tidak Mau Diatur Penjajah, Perang Hingga Mati Ketimbang Dijajah--

RADARMUKOMUKO.COM - Perang Puputan Bayu adalah salah satu perang yang terjadi antara suku Osing yang mendiami wilayah Banyuwangi melawan penjajah Belanda. 

Perang ini berlangsung pada tahun 1771. Perang ini merupakan salah satu perlawanan terakhir dan terbesar yang dilakukan oleh rakyat Blambangan, nama lain dari Banyuwangi, terhadap Belanda.

Perang Puputan Bayu dipicu oleh keinginan Belanda untuk menguasai wilayah Blambangan, tempat tinggal suku Osing Belanda ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah, garam, dan hasil bumi lainnya di wilayah tersebut.

Selain itu, Belanda juga ingin menyebarkan agama Kristen di kalangan suku Osing, yang mayoritas beragama Hindu.

Namun, suku Osing tidak mau diatur dan tunduk kepada Belanda. Mereka menolak untuk membayar pajak, memberikan tanah, dan mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh Belanda.

Mereka juga menolak untuk menerima agama Kristen, yang dianggap sebagai agama asing yang bertentangan dengan adat istiadat mereka.

Suku Osing memiliki tradisi perang yang kuat. Mereka merupakan keturunan dari Kerajaan Blambangan, yang pernah berdiri di ujung timur Pulau Jawa.

BACA JUGA:Inilah Lima Suku Asli Kepulauan Riau, Bertahan Ditengah Kemajuan Batam

BACA JUGA:Keuntungan Pinjam KUR BRI Limit Rp 40.000.000, Modal Buka Usaha Bagi Yang Baru Mulai

Mereka memiliki sistem pertahanan yang berupa benteng-benteng alami yang dibangun di pegunungan, mereka juga memiliki senjata-senjata tradisional yang tajam dan mematikan, seperti keris, tombak, dan busur.

Perang Puputan Bayu dimulai pada bulan Juni 1771, ketika Belanda menyerang benteng Bayu yang dikuasai oleh suku Osing.

Serangan ini dipimpin oleh seorang komandan Belanda bernama Van der Capellen, serangan ini berhasil menembus pertahanan suku Osing dan menghancurkan benteng Bayu.

Namun, suku Osing tidak menyerah begitu saja. Mereka melakukan perlawanan sengit dengan menggunakan senjata-senjata mereka.

Mereka juga melakukan taktik gerilya dengan menyergap pasukan Belanda dari belakang dan samping, mereka bertempur dengan semangat juang yang tinggi  tidak mau di jajah dan melawan dengan tekat tidak takut mati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: