Tan Malaka Pejuang Kontroversi Dihukum Mati Belanda, Siapa Sebenarnya Sosok Tan Malaka?

Tan Malaka Pejuang Kontroversi Dihukum Mati Belanda, Siapa Sebenarnya Sosok Tan Malaka?

Tan Malaka Perjuang Kontroversi Dihukum Mati Belanda, Siapa Sebenarnya Sosok Tan Malaka?--

RADARMUKOMUKO.COM - Tan Malaka adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang namanya kurang dikenal oleh masyarakat.

Padahal, pejuang kemerdekaan ini memiliki peran penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan anti-kolonialisme di Indonesia dan Asia Tenggara.

Namun, perjuangannya juga menimbulkan kontroversi dan pertentangan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Indonesia sendiri. Ia bahkan dihukum mati oleh Belanda pada tahun 1949.

BACA JUGA:Kisah Alexander Hare, Petualang Yang Gemar Koleksi Budak Wanita, Hingga 200 Gadis Dijadikan Gundik

Tan Malaka lahir di Minangkabau, Sumatera Barat, pada tanggal 2 Juni 1897. Nama lengkapnya adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka.

Ia merupakan anak dari seorang guru agama dan seorang bangsawan Minangkabau.

Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kecerdasan dan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan dan politik.

Pada tahun 1913, Tan Malaka melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi).

Di sana, ia mulai aktif dalam organisasi-organisasi pemuda dan menulis artikel-artikel kritis tentang pemerintahan kolonial Belanda.

Pada tahun 1919, ia mendapat beasiswa untuk belajar di Belanda. Di sana, ia bergabung dengan Partai Komunis Belanda dan menjadi anggota eksekutif Komintern (Komunis Internasional).

Pada tahun 1921, Tan Malaka kembali ke Indonesia dan menjadi pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia juga menjadi penggerak dari gerakan Sarekat Islam yang menentang penjajahan Belanda.

Ia mengorganisir berbagai aksi mogok, demonstrasi, dan pemberontakan rakyat. Salah satu pemberontakan yang dipimpinnya adalah Pemberontakan Sumatera Barat pada tahun 1926-1927.

Namun, gerakan Tan Malaka juga mendapat perlawanan dari pihak Belanda maupun dari kalangan nasionalis Indonesia sendiri. Ia dianggap terlalu radikal dan mengancam kesatuan bangsa.

Ia juga berselisih dengan Soekarno dan Hatta yang lebih memilih jalur diplomasi dan kerjasama dengan Jepang. Akibatnya, Tan Malaka harus hidup dalam pengasingan dan pelarian selama lebih dari 20 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: