Suku Abui Paling Bahagia, Mahir Berperang Hingga Dijuluki Pemburu Kepala Manusia

Suku Abui Paling Bahagia, Mahir Berperang Hingga Dijuluki Pemburu Kepala Manusia

Suku Abui Paling Bahagia, Mahir Berperang Hingga Dijuluki Pemburu Kepala Manusia--

BACA JUGA:3 Aplikasi yang Akan Membantu Kamu Menghasilkan Gambar Berkualitas Tinggi di Android

Rumah sakral di desa ini ada dua rumah. Rumah ini tidak dihuni, hanya dibuka satu tahun sekali saat pembukaan lahan.

Satu rumah adat disebut Kolwat (hitam) dan satu rumah lain disebut Kanuruwat (putih). Rumah Kolwat atau hitam adalah rumah yang berhubungan dengan hal gelap atau jahat. Sementara rumah Kanuruwat sebaliknya. Rumah ini dianggap suci.

Secara rumum, sub suku Abui terbagi jadi tiga yaitu Marang, Kapitang, dan Awenni. Hanya suku Marang saja yang boleh masuk ke dalam rumah sakral ini. Selain itu, sub suku lain boleh masuk namun ada syaratnya. Hanya anak sulung dari sub suku tersebut yang diperbolehkan.

Apa isi dari rumah sakral itu?

Ada peninggalan leluhur yang terletak di rumah sakral suku Abui. Seperti periuk nenek moyang, moko (alat musik besi) dan tombak perang.

Suku Paling Bahagia

Mengunjungi suku Abui dapat menjadi salah satu wisata budaya untuk memperkaya pemahaman anda mengenai budaya Indonesia. Keramahtamahan suku Abui akan segera menjamu Anda ketika mengunjungi pedalaman Nusa Tenggara. Anda akan menemui betapa kebahagiaan mereka begitu sederhana.

Mama – mama di suku ini siap menyambut kedatangan Anda dengan tangan terbuka. Menurut Beverly Lennon, seperti yang ia ungkapkan di TripCanvas.Co, suku abui merupakan suku paling mudah didekati di Indonesia.

BACA JUGA:Berbagai Tradisi Suku Eskimo Yang Bikin Geleng-Geleng, dari Titip Istri hingga Ritual

BACA JUGA:Cara Cantik Suku Mwila yang Tidak Biasa, Bahan Yang Digunakan Bikin Kamu Shock

Ketika datang ke kampung suku Abui, Anda akan disambut dengan tari-tarian dan nyanyian yang dibawakan oleh para ‘Mama’. Masyarakat suku Abui begitu murah hati dan dermawan, mereka percaya bahwa mereka tak memiliki apa yang mereka punya.  Saat ini, Takpala menjadi desa wisata yang dikembangkan oleh pemerintah.

Mempertahankan Kehidupan Tradisional

Suku Abui yang mendiami Desa Takpala mempertahankan kehidupan tradisional. Contohnya, rumah mereka menggunakan genteng dari bahan alang-alang.

Bahkan ketika atap rumah rusak, mereka akan mencari alang-alang baru. Bukan mengganti atap dengan bahan seng atau bahan lainnya. Intinya tetap menggunakan bahan tradisional seperti nenek moyang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: