Tradisi Titi yang Menyakitkan Suku Mentawai, Membuat Tato Tradisional Dengan Jarum Bambu

Tradisi Titi yang Menyakitkan Suku Mentawai, Membuat Tato Tradisional Dengan Jarum Bambu

Tradisi Titi yang Menyakitkan Suku Mentawai, Membuat Tato Tradisional Dengan Jarum Bambu--

RADARMUKOMUKO.COM - Suku Mentawai, salah satu suku asli Indonesia yang tinggal di kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, memiliki tradisi unik dan menarik yang menjadi bagian dari identitas mereka.

Tradisi itu adalah tradisi titi, yaitu seni membuat tato di tubuh dengan cara tradisional. tradisi titi ini sudah ada sejak zaman dahulu kala dan masih dilestarikan hingga saat ini.

Tradisi titi bukan sekadar hiasan atau gaya hidup bagi suku Mentawai, melainkan juga mengandung nilai-nilai spiritual dan filosofis. Menurut kepercayaan mereka, tato adalah simbol dari jiwa manusia yang akan menemani mereka di alam baka.

Tato juga merupakan cara untuk menghormati leluhur dan alam semesta. Selain itu, tato juga menunjukkan status sosial, usia, dan jenis kelamin seseorang.

BACA JUGA:Lima Tradisi Kuno Unik dan Aneh Suku-Suku di Afrika Yang Masih Dilakukan di Era Modern

BACA JUGA:Budayakan Anak Makan Ikan, 5 Ikan Ini Dapat Meningkatkan Kecerdasan Anak, Simak Ulasannya

Tradisi titi ini dilakukan dengan cara yang sangat sederhana namun begitu menyakitkan. Alat yang digunakan adalah jarum bambu yang diikat dengan benang dan dicelupkan ke dalam tinta hitam yang terbuat dari jelaga dan getah pohon. 

Jarum bambu tersebut kemudian ditusukkan ke kulit secara berulang-ulang untuk membentuk pola-pola tato. Proses ini bisa berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari, tergantung pada luasnya area yang ditato.

Pola-pola tato yang dibuat oleh suku Mentawai memiliki makna tersendiri. 

Ada beberapa pola dasar yang sering digunakan, yaitu pola ulu (kepala), pola kerei (dukun), pola arat sabulungan (roh halus), pola simatalu (matahari), pola sipatiti (bunga), pola silelele (daun), pola sipukat (kupu-kupu), dan pola sibajak (kapak). Pola-pola ini kemudian dikombinasikan dan disesuaikan dengan karakteristik individu yang ditato.

Tradisi titi ini biasanya dilakukan dalam rangkaian ritual adat yang dipimpin oleh dukun atau sesepuh adat.

Sebelum melakukan tato, orang yang akan ditato harus menjalani beberapa persyaratan, seperti berpuasa, mandi di sungai, dan membayar upeti kepada dukun atau tuan rumah.

BACA JUGA:Kisah Wanita Cantik Nyai Saritem, Penyedia Perempuan untuk Belanda Hingga Menjelma Bisnis Lendir Terkenal

BACA JUGA:Objek Wisata Gunung Tujuh Panoramanya Sangat Indah, Konon Danau Ini Dihuni Sepasang Naga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: