Kisah Princen Penjajah asal Belanda yang Malah Membela Indonesia, Sempat Diburu
Kisah Princen Penjajah asal Belanda yang Malah Membela Indonesia, Sempat Diburu--
Empat bulan berlalu telah dilewati Princen di tahanan. Lalu Dia kembali berdinas sebagai tentara Belanda. Dari sinilah, Princen mulai meyakinkan prinsipnya untuk tidak mendukung Belanda menjajah Indonesia. Apalagi setelah Princen melihat kekejaman yang dilakukan Belanda kepada rakyat Indonesia.
BACA JUGA:4 Wanita Belanda Yang Mendukung Kemerdekaan Indonesia, Disambut Soekarno
Lantas Dia mencari akal untuk kabur. Akhirnya Princen pergi ke Sukabumi dan berhasil menyebrang garis batas wilayah kependudukan Belanda. Dia bahkan berhasil masuk ke Yogyakarta melalui Semarang.
Saat itu, Yogyakarta adalah ibu kota sekaligus pusat politik dan militer Indonesia yang tengah berjuang mempertahankan kemerdekaan. Awalnya Princen ditangkap oleh militer Indonesia dan dijadikan tawanan.
Namun usai Agresi Militer II Belanda pada 1948, Dia dibebaskan sebagai tawanan.
Saat tentara Belanda menyerang Yogyakarta, Princen sudah membela Indonesia dengan masuk ke Divisi Siliwangi, dibawah komando Kemal Idris.
BACA JUGA:Kisah Senjata Bambu Runcing, Didoakan Kiai Sebelum Digunakan, Bikin Belanda Ketakutan
Saat mulai masuk ke divisi Siliwangi, Princen jatuh cinta dengan penduduk Indonesia, bernama Odah lalu menikahinya.
Lantas Kemal Idris pun menunjuk Princen sebagai komandan Pasukan Istimewa, yang bertugas melakukan penyergapan dan pengeboman terhadap pasukan Belanda. Tujuannya adalah merebut persenjataan.
Karena kerap membela Indonesia, keberadaan Princen diketahui oleh militer Belanda. Pasukan Belanda pun ditugaskan untuk membunuh Princen. Namun Princen berhasil melarikan diri, namun istrinya yang tengah mengandung 2 bulan terbunuh.
BACA JUGA:Perang Kedondong, Pasukan Ulama, Santri, Pemuda, Petani Hingga Buruh Bikin Belanda Pontang Panting
Setelah Agresi Militer II tersebut, sejarah telah mencatat Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Princen bahkan memilih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan menjadi mualaf.
Dia bahkan ingin menjadi bagian dari masyarakat Indonesia sepenuhnya dengan menjadi muslim. Tak lama kemudian, Princen menunaikan ibadah haji.
Berbagai penghargaan sebagai tokoh pahlawan pun diberikan kepada Princen. Dia bahkan bersikap kritis terhadap pemerintahan Soekarno saat itu. Hingga pada 1966, Princen aktif di lembaga Hak Asasi Manusia (HAM).
BACA JUGA:Sejarah Perang Aceh, Pasukan Jihad Membuat Belanda Kelabakan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: