Suku Terasing di Gorontalo, Anti Belanda dan Tradisi Boleh Pernikahan Dalam Keluarga

Suku Terasing di Gorontalo, Anti Belanda dan Tradisi Boleh Pernikahan Dalam Keluarga

Suku Terasing di Gorontalo, Anti Belanda dan Tradisi Boleh Pernikahan Dalam Keluarga--Berbagai Sumber

RADARMUKOMUKO.COM - Suku Polahi adalah sebutan untuk suku terasing yang hidup di hutan daerah Boliyohuto, Paguyaman, dan Suwawa, Provinsi Gorontalo.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Polahi adalah masyarakat pelarian zaman dahulu yang melakukan eksodus ke hutan karena takut dan tidak mau dijajah oleh Belanda, sehingga menjadikan mereka sebagai suku terasing sampai dengan saat ini. Suku Polahi mengasingkan diri sekitar abad ke-17.

Dalam kamus bahasa Gorontalo, Polahi berasal dari kata "Lahi-lahi" yang artinya, pelarian atau sedang dalam pelarian. Orang Gorontalo menyebut mereka Polahi, yang artinya "pelarian".

BACA JUGA:5 Tradisi Suku Yang Dinilai Tabu di Indonesia, Terkait Hubungan Perkawinan

Setelah Indonesia merdeka, sebagian keturunan Polahi masih tetap bertahan tinggal di hutan. Sikap anti penjajah tersebut masih terbawa terus secara turun-temurun, sehingga orang lain dari luar suku Polahi dianggap penindas dan penjajah.

Cerita unik dari suku polahi dilansir dari berbagai sumber yaitu, Tradisi Perkawinan Sedarah. 

Perkawinan biasanya dilakukan oleh dua lawan jenis dari keluarga yang berbeda dan tanpa ikatan darah di antara mereka. 

Tetapi hal lain terjadi pada Suku Polahi, suku primitif di pedalaman Gorontalo yang memiliki budaya sistem kawin sedarah, atau sistem perkawinan incest  yang secara genetis berbahaya bagi keturunan yang dilahirkan. 

BACA JUGA:Setiap Suku Bangsa Miliki Perbedaan, Ternyata Karena Ini

Mereka terbiasa melakukan sistem perkawinan sedarah dimana  perkawinan ini yang memungkinkan setiap anggota keluarga bebas untuk menikah dengan sesama anggota keluarga yang memiliki ikatan darah. 

Sistem perkawinan ini sudah berlangsung begitu lama sejak zaman kolonial Belanda. Dan meskipun itu dianggap tidak biasa atau bahkan aneh, tetapi budaya itu masih ada sampai hari ini dan mungkin akan tetap, selama masih belum ada perubahan dalam pola pikir masyarakatnya. 

Pernikahan tersebut bisa antara ibu dan anak laki-laki, bapak dan anak perempuan, maupun saudara laki-laki dan saudara perempuannya.

BACA JUGA:Rahasia Turun-Temurun Kecantikan Wanita Suku Bali, Bikin Pria Terpesona

Dari hasil penelitian berbagai pihak, bahwa perkawinan sedarah bagi suku polahi bukan karena adat kebiasaan,akan tetapi pemahaman dan pengetahuan yang sangat kurang, bahkan nyaris tidak mengetahui apa-apa tentang pergaulan sesama kelompok, sehingga mereka melakukan perkawian sedarah di antara mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: