Suku Limakawatina Mengasingkan Diri, Hindari Pajak dan Kerja Paksa
Suku Limakawatina Mengasingkan Diri, Hindari Pajak dan Kerja Paksa--
RADARMUKOMUKO.COM - Suku Limawakatina Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Secara administratif mereka masuk dalam wilayah Dusun Labundoua yang berada dalam Desa Lambelu, Kecamatan Wakurumba Selatan, Kabupaten Muna.
Mereka termasuk "masyarakat terasing", yang bermukim di hutan belantara di lembah antara Gunung Ngkamelu-melu dan Kelompok yang juga disebut Liniakawatina, ini termasuk masyarakat terasing, karena minin pengaruh dunia luar.
Kondisi tempat tinggalnya, di hutan belantara di lembah antara Gunung Ngkamelu-melu dan Gunung Kamosopo, sekitar Teluk Tompano.
BACA JUGA:7 Suku Pendatang di Indonesia Yang Sudah Ada Berabad-abad
Masyarakat Limakawatina dahulu termasuk anggota salah satu kadie (kampung otonom) dalam wilayah Kesultanan Buton. Limakawatina berarti lima kementerian, karena kadie ini dahulu memang terdiri atas lima wilayah kecil.
Suku ini, disebut sengaja mengasingkan diri. Kisahnya Suku Limakawatina semula mengabdi di bawah kekuasaan Kerajaan Buton.
Kala itu Kerajaan Buton memiliki kebijakan yang harus ditaati penduduk, salah satunya membayar pajak.
Namun lama kelamaan masyarakat mulai keberatan dan menolak, merasa enggan memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap Kerajaan Buton.
BACA JUGA:Mengenal Suku Polahi, Anti Penjajah, Terasing dan Tradisi Kawin incest
Akhornya mereka sepakat menolak kewajiban, khususnya membayar pajak. Pembangkangan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara melarikan diri dari.
Setelah orang-orang ini sepakat, mereka melarikan diri ke arah dataran tinggi di area Pegunungan Kamosope dan Gunung Langkamelu-melu.
Aksi tersebut dicap sebagai bentuk pengkhianatan terhadap raja, sehingga kerajaan pun berupaya mengejar dan menangkap orang-orang Kadie.
Untuk menghindari tertangkap oleh pasukan kerajaan atas tindakan pembangkangannya ini, mereka akhirnya memutuskan bersembunyi di tempat yang sukar dijangkau.
Selanjutnya, ketika Belanda menguasai daratan Buton pada awal abad ke-20, mereka tetap dihutan untuk menghindari kerja paksa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: