Perang Dagang, Kualitas jadi Alasan Sawit Indonesia Sulit Menembus Pasar Eropa
Ini Negara yang Menerima Ekspor Sawit dari Indonesia-Istimewa-Berbagai sumber
RADARMUKOMUKO.COM – Trik perang dagang terus dihembuskan, terutama produk ekspor minyak kepala sawit Indonesia. Beberapa produk minyak sawit yang diekspor dari Indonesia ke Eropa, selalu mendapatkan serangan dan hambatan.
Bermacam serangan yang muncul dari Eropa untuk mencekal produk kelapa sawit Indonesia. Mulai dari Black Campaihn hingga pemberlakuan Undang - Undang (UU) Deforestasi. Seperti diketahui, UU Deforestasi mulai diberlakukan sejak Mei lalu.
BACA JUGA:Dodol Sawit Riau Warnai Kuliner Nusantara, Tawarkan Cita Rasa yang Khas
Menyikap persoalan ini, Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (PPDPKS) Acmad Maulizal Sutawijaya mengutarakan pendapatnya bahwa yang dilakukan oleh Uni Eropa merupakan trik perang dagang semata.
Mereka tidak ingin produk minyak nabati sejenis bunga matahari, kedelai dan jagung kalah saing dengan sawit.
“Untuk menjaga pasar produk, Eropa melakukan langkah-langkah yang terlihat menyerang kelapa sawit. Padahal ini adalah persaingan dagang semata,” kata Achmad.
Achmad menilai memang banyak produk minyak sawit Republik Indonesia yang memiliki daya saing tinggi dengan kompetitor minyak nabati lain yang berasal dari Eropa.
BACA JUGA:Pekerja Buruh Perempuan di Perkebunan Sawit Rentan Perlakuan Pelecehan
Hal tersebut yang membuat harga minyak sawit Republik Indonesia menjadi lebih murah. Salah satunya menyangkut soal produktivitas.
“Saat ini produktivitas sawit sebagai minyak nabati belum tergantikan oleh minyak nabati dari jenis lain. Termasuk rapeseed, soybean, bunga matahari dan lainnya yang merupakan produk unggulan petani Eropa,” terangnya.
Dikutip dari sumber lainnya. Eddy Martono, selaku Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan saat ini tanaman sawit tata produksinya bisa menghasilkan 4 ton per hektar per tahun.
BACA JUGA:Kemnaker Canangkan Sektor Perkebunan Kelapa Sawit Terbebas Pekerja Anak di 16 Provinsi
Dengan begitu, harga dari minyak goreng sawit bisa jauh lebih murah jika dibandingkan minyak lambat lainnya.
Di mana tanah yang dipakai pun 1 per banding 10 lebih kecil dari kedelai.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: