Hemat, Bertanam Cabai dengan Teknologi Hidroponik Hemat Air dan Efektif

Hemat, Bertanam Cabai dengan Teknologi Hidroponik Hemat Air dan Efektif

Bertanam Cabai dengan Teknologi Hidroponik Hemat Air dan Efektif-ilustrasi-

RADARMUKOMUKO.COM - Di dunia pertanian, hidroponik sudah muncul sebagai jawaban terhadap keterbatasan akan kepemilikan lahan dan air bersih untuk bertani.

Penanaman caba sampai berbuah menghabiskan lebih dari 10 liter air per tanaman tanaman cabai. Dengan hidroponik, kebutuhan air dalam budidaya tanaman kurang dari separuhnya, hanya membutuhkan 4 liter saja.

BACA JUGA:Kabar Untuk Emak Emak, Harga Emas di Pegadaian Turun, Segera Incar

Penerapan teknologi hidroponik bertingkat memungkinkan produktivitas melonjak signifikan. Itulah sebabnya Badan Pangan Dunia FAO mendapuk sistem hidroponik model akuaponik sebagai sebagai jawaban atas kebutuhan gizi masyarakat di negara miskin atau usai dilanda perang. Contohnya Bostwana, Etiopia, Jamaika.

Sistem ini irit lahan, irit air, dan efektif. Di Belanda, teknologi hidroponik yang dilengkapi dengan penggunaan lampu ultra violet dan LED (light emitting diode) membuat pekebun bisa bercocok tanam sepanjang tahun, bahkan pada saat musim salju saat matahari jarang bersinar. 

BACA JUGA:Ninik Rahayu Ketua Dewan Pers Baru, Berjanji Perkuat Kualitas Jurnalis

Di Jepang bahkan tanaman selada dapat dibudidayakan secara hidroponik dalam bangunan tertutup rapat mirip pabrik dengan penggunaan lampu LED sebagai pengganti sinar matahari. Di tanah air teknologi lampu LED mulai diperkenalkan walaupun masih pada tahap skala hobi. 

labal mengatur pompa berdaya 38 watt bekerja  secara otomatis pada pukul 06.00-18.00 Penggunaan panel surya mampu memotong 80% ongkos produksi. Sebelumnya lqbal harus mengeluarkan biaya Rp200.000 per bulan untuk biaya listrik di kebun dan penerangan rumah. 

BACA JUGA:Fajri Ameli Jabat Kasat Reskrim Polres Mukomuko, Kapolres Berharap Makin Dicintai

Kini, ia cukup membayar Rp70.000.Dengan inovasi Tatag Hadi Widodo, pekebun hidroponik di Sidoarjo, Jawa Timur, berani menurunkan tomat ceri dari lokasi berketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (m dpl) ke area berketinggian 6 m dpl.

 la menggunakan irigasi tetes  untuk mengalirkan air dan nutrisi ke 3.500 tomat ceri varietas supersweet asal Kanada. Tanaman tumbuh dalam kantong berisi media tanam berupa sabut kelapa dan arang sekam. 

la menyusun kerangka besi setinggi 40 cm dari permukaan lantai untuk menopang selang-selang penyalur air dan nutrisi. 

BACA JUGA:Bupati Perluas Cakupan Penerima CSR Bank Bengkulu, Lirik Dua Sektor Ini

Menurut Dr Arief Daryanto MEC ,direktur program Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor, produk-produk hidroponik digemari kalangan menengah ke atas. Artikel dikutip dari trubus edisi 553.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: