Takut Buaya, Petani Mukomuko Gagal Panen Sawit
Hosiman--
RADARMUKOMUKO.com – Sejak tiga bulan terakhir. Petani budidaya kelapa sawit di Desa Sinar Laut, Kecamatan Pondok Suguh, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu diteror buaya, hingga terpaksa gagal panen.
Hal ini disampaikan Kades Sinar Laut, Hosiman kepada harianradarmukomuko.com, Minggu (21/08/2022).
Menurut Hosiman, para petani di desanya memilih mengurungkan niat panen kelapa sawit karena takut diserang buaya Sungai Air Hitam yang kerap patroli di kawasan perkebunan warga.
‘’Sungai Air Hitam meluap hingga ke kawasan perkebunan warga. Ini akibat dari pintu muara tertutup pasir. Dampak dari itu, buaya-buaya yang biasa hidup di muara patroli masuk ke kawasan perkebunan warga. Hingga warga banyak yang tidak berani panen,’’ ungkap Hosiman.
Kendati demikian, tidak semua petani yang membiarkan Tandan Buah Segar (TBS) mereka membusuk di batang. Diakuinya, bagi petani yang bermental baja, mereka tetap melakukan panen kelapa sawit di tengah genangan air dengan cara menggunakan perahu.
‘’Bagi petani yang berani, mereka tetap panen. Namun terpaksa menggunakan perahu,’’ ujarnya.
Dampak penutupan muara ini, tidak hanya dirasakan sebagian dari warga Sinar Laut. Tetapi juga petani sawit desa tetangga, Desa Padang Gading Sungai Rumbai.
‘’Penutupan muara Air Hitam juga berdampak pada petani desa tetangga, dan mereka pun kesulitan saat panen,’’ papar Hosiman.
Perihal tertutupnya pintu muara Sungai Air Hitam, jelas berdampak besar terhadap ekonomi masyarakat. Dijelaskan Hosiman, kondisi ini telah disampaikan ke pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWS) VII Bengkulu untuk segera dilakukan penanganan.
‘’Persoalan ini sudah berulang kali kami usulkan ke pihak BWSS untuk penanganan. Namun belum kunjung digubris. Hingga penutupan muara ini hampir terjadi setiap tahun,’’ sampainya.
Masih Hosiman, lebar pintu muara berkisar 15 meter dengan kedalaman rata-rata 3 hingga 4 meter. Ketika musim hujan, air sungai meluap hingga ke kawasan perkebunan warga.
‘’Untuk kelancaran ekonomi warga desa, kami berharap persoalan ini dapat ditangani segera. Pihak BWSS diminta untuk melangsungkan program pembangunan agar tidak lagi merugikan petani desa,’’ demikian Hosiman. (nek)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: