Warga RT3 Bandaratu Laporkan Pembukaan Hutan Nipah
METRO – Kemarin perwakilan warga RT3 Kelurahan Bandaratu teridiri dari Z. Abidin, Hermadi dan Agustion mendatangi Radar Mukomuko menyampaikan keluhan. Dimana mereka menyangkan aksi pembukaan lahan perkebunan di dekat pemukiman dengan membabat hutan pohon nipah yang dianggap sebagai penyangga. Menurut warga pembukaan lahan tersebut membuat pemukiman warga terancam oleh terpaan angin dan genangan air saat pasang naik.
Seperti disampaikan Abidin sudah sejak dulu nipah ini dilarang digarap apalagi posisinya dibibir sungai dan dekat pemukiman. Namun sayang tetap dilakukan penggarapan oleh warga. Dampaknya sangat besar, sekarang angin berembus dari laut langsung menerpa wilayah RT3 dengan kencang. Selain itu aroma busuk dari berbagai satwa yang mati juga dari bekas pohon nipah ini menjadi santapan warga. Tidak hanya itu, sejak hutan nipah dibuka, kera sudah sampai ke rumah warga, karena dulu kera-kera tersebut berada di hutan nipah yang sudah digarap tersebut.
‘’Kami terancam oleh ular bahkan buaya yang kehilangan habitatnya. Kera sudah masuk ke rumah. Padahal sejak dulu nipah ini dilarang dibuka karena merupakan penyangga dan habitat satwa, salah satunya tempat berkembang lokan yang menjadi pencaharian warga,’’ ungkapnya.
Hermadi menambahkan, persoalan ini sudah dilaporkan ke pihak berwajib, LH maupun lurah dan camat, namun belum ada kejelasannya. Maka sekarang mereka mendesak untuk dihentikan pembukaan lahan dan yang sudah terlanjut dihijaukan lagi, warga siap gontong rotong membuka lahan. Kalau ini dibiarkan, maka akan banyak warga melakukan tindakan sama.
‘’Kami sangat resah karena ini mengancam kenyamanan dan kehidupan kami, ancaman erosi sudah pasti. Mohon pihak berwajib serius menangani sampai selesai. Kami siap menghijaukannya kembali secara bersama,’’ harapnya.
Sementara dikonfirmasi, Mustapa Kamal selaku pihak yang membuka lahan mengatakan, bahwa lahan tersebut sejak bertahun-tahun lalu sudah digarapnya untuk kebun, belum ada pemukiman. Hanya saja selama ini tidak dikelola lagi, baru sekarang dibuka untuk kebun. Ia juga mengatakan kawasan itu bukan cagar alam atau kawasan konservasi, bahkan sudah banyak kebun lain disana. Lahan ini akan ditanami lagi dengan tanaman lain, bahkan sekarang sedang penghijauan dengan tanaman Mangrove.
‘’Dulu itu adalah ladang kami, tidak ada pemukiman di sekitar sana. Itu juga bukan kawasan cagar alam dan kawasan konservasi. Kita sekarang melakukan penghijauan,’’ tutupnya.(Jar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: