TSM SP 8 Berpotensi Dijadikan Objek Wisata Tani

TSM SP 8 Berpotensi Dijadikan Objek Wisata Tani

DILUAR rencana, saya pada hari kamis 13/5 berada di Sp 8. Padahal tidak di rencanakan sebelumnya. Bahkan saya sampai ke pos penjagaan perbatasan dengan tran swakarsa mandiri (tsm) Silaut. Ikuti ceritanya bersama Ahmad Kartubi.

Tepat pukul 09. 35 WIB, saya berada di simpang jalan depot pertanian Mas Muhid. Depot pertanian Mas Muhid sudah terkenal sampai ke petani silaut Sumbar. Semua serba kebetulan. Disana ada sahabat saya Aris Ramadan . Beliau di kenal sebagai dokter padi oleh kalangan petani. Kini beliau menggawangi produk pestisida merk Corteva. Suasana desa, hilir mudik melihat  serba petani. Kami terlibat obrolan santai penuh keakraban namun, tetap jaga jarak dan pakai masker. Waktu cepat berlalu, satu setengah jam tak terasa. Aris mengajak saya melihat wilayah pertanian. Hati saya  begitu riang gembira. Suasana tani mengingatkan saya pada emak di kampung. Yang kini sudah sangat tua. Tapi, masih ingin bertani.

Aris mengerti betul bahwa saya suka dengan pertanian sawah. Hingga kini baru sebatas suka saja. Belum punya sawah hehe.

Perjalanan di mulai dari gang jalan depan rumah Mas Muhid. Tenyata petani SP.8  Sumber Makmur sudah melek tenologi. Semua di kerjakan dengan mesin, sedikit sekali dengan tangan manusia. Mulai membajak hingga panen semua serba mesin. Teknologi pertaniannya di sini sangat maju. Luas  lahan sawah di SP 8 lebih kurang 700 hektar ucap Haris. Lihat pak!. Di sini menanam padi tidak serentak. Ada yang sedang membajak. Ada yang sedang menanam padi dengan pola tanam  jajar legowo. Itu, padinya hijau dan subur  berumur 40 hari. Disebelah sana sedang panen. Adalagi padinya yang baru menguning.  Di sini sawahnya ramai terus dari pagi hingga sore. Bahkan, mangkin sore mangkin ramai. Terlebih anak remaja. Bahkan banyak mobil yang datang bersama keluarga untuk berwisata tani menunggu berbuka. Karena musim tanam tidak serentak. Maka setiap hari ada petani keladang. Yang penting asal ada air,  di tanam lagi. Hingga 3 kali dalam satu tahun. Dengan rata-rata hasil produksi gabah kering mencapai 13 tone perhektare. Ada juga di selingi tanaman cabe, bawang merah jagung dan ubi kayu. Serta   rumput gajah di pematang sawah.

Suasana di sini sungguh nyaman dan asri. Saya  betul-betul terbuai dengan lambaian padi yang terhampar hijau. Belum lagi deruan suara air yang mengalir deras. Begitulah ciri khas kehidupan di desa. SP 8 layak jadi wisata tani. Aris sendiri terkadang sampai sore berada disini. Selain melayani keluhan petani dari serangan penyakit padi. Suasana alam sp 8 nyaman dingin dan sejuk. Seperti lahan pertanian di Thailand ucapnya. Bahkan saya berencana  mengajak keluarga datang melihat pesona keindahan alam tani di sini.  Tak terasa kami sampai di pos penjagaan penanggulanagn Covid 19. Melihat kendaraan kami, petugas segerah mendekat. Kami stop dan turun dari kendaraan. Saat itu ada 3 orang di pos jaga. Pos ini baru di buat, 5/5 sekitar dua minggu yang lalu ucap Riska. Mereka tenaga sukarela dari desa terdekat. Mulai jaga dari 07.30 WIB hingga pukul 18.00 Wib. Kalu malam cukup di portal saja. Karena kesulitan tiada penerangan lampu, ucap Kadus  Raharjo. Sepintas mereka begitu semangat walau sinar matahari begitu menyengat.

Masih Raharjo, dia berharap agar  petugas keamanan stanby selalu di pos ini. Sebab kalau tidak ada petugas keamanan penguna jalan yang lewat disini ngeyel dan melawan. Sehingga kami serba sulit, dan kami diamkan saja mereka lewat ucapnya. Namun saat tenaga keamanan sedang ada di tempat. Mereka KTP bukan Mukomuko di suruh pulang.  Salut buat tenaga sukarela. Tetap jaga pos dengan setia walau honor cuma Rp 50.000 perhari ? Walau ancaman nyawa di depan mata mengancam mereka dan keluarga.**

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: