Sebaliknya, yapping lebih fokus pada aspek negatif tanpa memberikan kontribusi positif pada diskusi atau perbaikan situasi.
Dalam menyikapi fenomena ini, pengguna media sosial perlu mengembangkan literasi digital yang lebih baik. Ini termasuk kemampuan untuk mengenali dan membedakan antara kritik yang membangun dengan sekadar yapping, serta kesadaran akan dampak dari perilaku digital terhadap kesejahteraan mental orang lain.
Platform media sosial juga mulai mengambil langkah dengan mengembangkan fitur-fitur yang memungkinkan pengguna untuk membatasi interaksi dengan akun-akun yang melakukan yapping.
Pada akhirnya, fenomena yapping menjadi cerminan tantangan baru dalam berkomunikasi di era digital. Sebagai pengguna media sosial, kita perlu bijak dalam memberikan komentar dan memastikan bahwa interaksi yang kita lakukan memberikan dampak positif bagi komunitas digital.
Dengan kesadaran dan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini, diharapkan kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan konstruktif.*