Ternyata 5 Hal Ini yang Menyebabkan Seseorang Kecanduan Game Online, Nomor 3 Paling Mengejutkan!

Jumat 10-01-2025,08:30 WIB
Reporter : M. Asroful Anwar
Editor : Ahmad Kartubi

RMONLINE.ID – Di era digital yang serba canggih ini, game online telah menjelma menjadi hiburan yang mudah diakses dan dinikmati oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Namun, kemudahan akses dan daya tarik game online juga menyimpan potensi bahaya, yaitu kecanduan. Kecanduan game online bukanlah sekadar hobi yang berlebihan, melainkan sebuah kondisi serius yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental, serta kehidupan sosial seseorang. 

Fenomena kecanduan game online telah menjadi perhatian global, termasuk di Indonesia.  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah secara resmi memasukkan kecanduan game  (gaming disorder) ke dalam International Classification of Diseases (ICD-11) pada tahun 2018.  Hal ini menunjukkan bahwa kecanduan game online merupakan masalah kesehatan yang nyata dan perlu ditangani dengan serius.

BACA JUGA:Jangan Sampai Terhipnotis! Kenali 3 Faktor Psikologis yang Membuat Anda Kebal Sugesti

BACA JUGA:Tes IQ dan Kecepatan Berpikir, Apakah Benar Berpikir Lambat Menandakan IQ Rendah?

Lalu, apa saja faktor-faktor yang menyebabkan seseorang bisa terjerumus dalam jerat kecanduan game online? Berikut ini 5 hal yang perlu diwaspadai:

1.  Sistem Reward yang Memikat:

Banyak game online dirancang dengan sistem reward atau penghargaan yang memicu pelepasan dopamin, hormon yang  menciptakan rasa senang dan puas di otak.  Setiap kali pemain mencapai target, memenangkan pertandingan, atau mendapatkan item langka,  otak akan dibanjiri dopamin.  Sensasi inilah yang membuat pemain ingin terus bermain untuk mendapatkan reward  dan kepuasan  yang sama.  Seiring waktu,  otak akan  “terlatih”  untuk  mencari  kesenangan instan  melalui game,  sehingga  memicu  kecanduan.

2.  Pelarian dari Realitas:

Bagi sebagian orang, game online menjadi  “pelarian”  dari  tekanan dan masalah  di dunia nyata.  Ketika  menghadapi  stres,  kecemasan,  atau  depresi,  individu  mungkin  cenderung  mencari  kenyamanan  dan  kesenangan  semu  di  dunia  maya.  Game online  menawarkan  dunia  fantasi  di  mana  mereka  dapat  melupakan  sejenak  masalah  hidup  dan  merasakan  kebebasan  serta  kontrol  yang  tidak  mereka  miliki  di  dunia  nyata.  Sayangnya,  “pelarian”  ini  justru  dapat  memperburuk  kondisi  mental  dan  menjauhkan  individu  dari  dukungan  sosial  yang  sesungguhnya.

BACA JUGA:6.695 Hektare Lahan Sawah Bendung Manjuto Mukomuko Dialihfungsi jadi Perkebunan Sawit

BACA JUGA:10 Ciri-Ciri Terinveksi Virus HMPV China, Diantaranya Batuk, Deman dan Nyeri

3.  Kebutuhan Sosial dan Rasa Memiliki:

Banyak game online  menawarkan  fitur  multiplayer  yang  memungkinkan  pemain  untuk  berinteraksi,  bekerja  sama,  dan  bersaing  dengan  pemain  lain  di  seluruh  dunia.  Bagi  individu  yang  kesulitan  membangun  hubungan  sosial  di  dunia  nyata,  game  online  dapat  menjadi  wadah  untuk  memenuhi  kebutuhan  sosial  dan  rasa  memiliki.  Mereka  dapat  menemukan  teman,  komunitas,  bahkan  “keluarga”  di  dalam  game.  Namun,  interaksi  sosial  di  dunia  maya  tidak  dapat  sepenuhnya  menggantikan  interaksi  sosial  di  dunia  nyata  yang  lebih  bermakna  dan  mendukung  kesehatan  mental.

4.  Desain Game yang Adiktif:

Para  pengembang  game  online  kerap  menggunakan  berbagai  strategi  dan  teknik  psikologis  untuk  membuat  game  mereka  semakin  menarik  dan  adiktif.  Mulai  dari  visual  yang  menawan,  alur  permainan  yang  menantang,  hingga  event  dan  update  konten  yang  terus-menerus,  semua  dirancang  untuk  mempertahankan  pemain  agar  tetap  aktif  dan  menghabiskan  lebih  banyak  waktu  di  dalam  game.  Tak  jarang,  game  online  juga  menerapkan  sistem  “microtransaction”  di  mana  pemain  dapat  membeli  item  virtual  dengan  uang  sungguhan.  Hal  ini  dapat  memicu  pengeluaran  yang  tidak  terkendali  dan  memperparah  kecanduan.

Kategori :