RMONLINE.ID - Orangtua adalah arsitek pertama dalam pembentukan kepribadian dan kesehatan mental anak.
Setiap tindakan, ucapan, dan sikap memiliki potensi mendalam untuk membentuk atau bahkan merusak struktur psikologis yang sedang berkembang.
Ironisnya, beberapa perilaku orangtua yang dianggap sepele dapat menimbulkan luka psikologis berkepanjangan yang berpotensi mempengaruhi masa depan sang anak.
Membandingkan Anak dengan Anak Lain
Praktik membandingkan anak dengan anak lain merupakan salah satu bentuk kekerasan psikologis paling berbahaya.
Ketika orangtua secara konsisten membandingkan prestasi, kemampuan, atau perilaku anak dengan teman atau saudara kandungnya, mereka tidak sekadar memberikan motivasi, melainkan menanamkan bibit keraguan dan rendah diri.
Anak mulai memandang dirinya sebagai sosok yang tidak cukup baik, tidak mampu, dan selalu kalah dibandingkan dengan orang lain.
BACA JUGA:Bye-bye Insomnia! 5 Tips Tidur Malam Lebih Berkualitas dan Bangun Penuh Semangat Meski Super Sibuk
BACA JUGA:3 Alasan Mengapa Tubuh Membutuhkan Asupan Protein Tinggi
Melabeli Anak dengan Kata Jelek
Pelabelan menjadi racun psikologis yang perlahan merusak konsep diri anak. Ketika orangtua memberikan label negatif seperti "bodoh", "pemalas", atau "tidak berguna", mereka sesungguhnya sedang menanamkan sugesti destruktif.
Anak akan mulai meyakini label tersebut sebagai identitas dirinya, membentuk pola pikir yang melemahkan dan membatasi potensi pengembangan diri. Konsekuensinya, anak kehilangan kepercayaan diri dan motivasi untuk berkembang.
Memberikan Contoh Buruk
Orangtua yang memperlihatkan contoh perilaku bullying secara tidak langsung sedang mengajari anak untuk melakukan kekerasan psikologis.
Anak memiliki kemampuan meniru yang sangat tinggi, dan ketika mereka melihat orangtua melakukan tindakan intimidasi, merendahkan, atau memperlakukan orang lain dengan tidak hormat, mereka akan menganggap hal tersebut sebagai norma sosial yang dapat ditiru.