Seringnya Perubahan Kurikulum di Indonesia, Ini Dampak Negatifnya

Kamis 21-11-2024,17:30 WIB
Reporter : Ahmad Famuji
Editor : Ferly Saputra

Proses sosialisasi kurikulum baru membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan sering kali menjadi bottleneck dalam implementasi. 

Para pendidik perlu mengikuti serangkaian pelatihan dan workshop untuk memahami filosofi, metodologi, dan teknik penilaian yang baru. Proses ini tidak hanya memakan waktu tetapi juga sumber daya yang signifikan. 

Ketika sosialisasi tidak berjalan optimal, muncul risiko kesalahpahaman dalam interpretasi dan penerapan kurikulum, yang dapat mengakibatkan implementasi yang tidak sesuai dengan tujuan awal.

Perubahan kurikulum juga membawa dampak psikologis pada komunitas pendidikan. 

BACA JUGA:Oleh-Oleh Khas Sumatera Barat Yang Terkenal dan Sering Dibeli Pengunjung

BACA JUGA:Pungutan Ekspor CPO Sawit 7,5 Persen Ditinjau Ulang Oleh Pemerintah

Guru-guru yang telah mapan dengan metode pengajaran tertentu mungkin mengalami stress dan kecemasan dalam mengadopsi pendekatan baru. Siswa pun dapat mengalami kebingungan dan frustrasi ketika harus menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran yang berbeda. 

Orang tua, yang merupakan stakeholder penting dalam pendidikan, seringkali merasa kesulitan dalam mendampingi proses belajar anak-anak mereka karena perbedaan dengan sistem yang mereka kenal.

Aspek finansial tidak dapat dipisahkan dari dampak perubahan kurikulum. Implementasi sistem baru seringkali membutuhkan investasi besar dalam pengembangan materi pembelajaran, pelatihan guru, dan pengadaan fasilitas pendukung. 

Beban finansial ini dapat menjadi kendala serius, terutama bagi sekolah-sekolah dengan sumber daya terbatas, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas implementasi kurikulum.

Di tengah berbagai dampak negatif ini, penting untuk memahami bahwa perubahan kurikulum tetap merupakan bagian integral dari evolusi sistem pendidikan. 

Namun, kesadaran akan potensi dampak negatif ini seharusnya mendorong para pemangku kebijakan untuk merancang strategi transisi yang lebih komprehensif dan realistis. 

Perencanaan yang matang, dukungan infrastruktur yang memadai, dan program sosialisasi yang efektif menjadi kunci dalam meminimalisasi dampak negatif sambil tetap mencapai tujuan peningkatan kualitas pendidikan.*

Kategori :