RMONLINE.ID - Budaya membaca merupakan salah satu indikator penting dalam perkembangan masyarakat suatu negara.
Di Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, dan Singapura memiliki latar belakang budaya dan kebiasaan membaca yang berbeda.
BACA JUGA:Takut Naik Pesawat? Ikuti Tips dari Pilot Berikut Buat Kamu Phobia Ketinggian
BACA JUGA:Bukan Satelit, Ini Benda Buatan Manusia yang Letaknya Terjauh dari Bumi
Dalam artikel ini, kita akan membandingkan budaya membaca di ketiga negara tersebut dan menilai mana yang paling minim dalam hal literasi.
1. Indonesia: Tantangan dan Upaya Peningkatan Literasi
Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara, menghadapi tantangan besar dalam bidang literasi. Menurut data dari UNESCO, tingkat melek huruf di Indonesia mencapai 95,7% pada tahun 2021.
Meskipun angka ini terkesan positif, kualitas literasi di kalangan anak muda dan dewasa seringkali masih rendah. Budaya membaca di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk akses terhadap buku dan media cetak yang masih terbatas, terutama di daerah pedesaan.
BACA JUGA:Apakah Dia Masih Cinta? Kenali Tanda-tanda Pasangan Sudah Tidak Bahagia lagi Denganmu
BACA JUGA:5 Negara yang Cocok Dijadikan Tujuan Utama Pindah Ke Luar Negeri
Berbagai inisiatif pemerintah dan organisasi non-pemerintah telah dilakukan untuk meningkatkan literasi, seperti program perpustakaan desa dan gerakan membaca.
Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, termasuk kurangnya minat baca yang ditunjukkan oleh hasil survei yang menyebutkan bahwa hanya sekitar 30% masyarakat Indonesia yang memiliki kebiasaan membaca buku secara rutin.
2. Malaysia: Perkembangan Literasi yang Positif
Malaysia, di sisi lain, menunjukkan perkembangan yang lebih positif dalam budaya membaca. Dengan tingkat melek huruf mencapai 94,6%,
Malaysia juga telah melakukan berbagai langkah untuk mempromosikan literasi. Program “#MyLibrary” dan berbagai inisiatif membaca di sekolah-sekolah bertujuan untuk menanamkan kecintaan membaca sejak usia dini.