Jangan Marahi Anak! Studi Mengungkap 5 Cara Kemarahan Orangtua Merusak Perkembangan Otak

Senin 23-09-2024,11:30 WIB
Reporter : M. Asroful Anwar
Editor : Ferly Saputra

RMONLINE.ID – Sebuah studi terbaru telah mengungkap dampak serius dari orangtua yang pemarah terhadap perkembangan otak anak. Penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh yang keras, termasuk sering memarahi atau membentak anak, dapat mempengaruhi struktur dan fungsi otak anak secara negatif. Dampak ini dapat berlanjut hingga dewasa, mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan melibatkan ratusan anak-anak dari berbagai latar belakang.

BACA JUGA:Kok Bisa Anak Membenci Ibu Kandungnya? 5 Penjelasan Psikolog yang Mengungkap Alasannya

BACA JUGA:Kelezatan Pom Pom Kuliner Khas Kepulauan Aru, Begini Cara Membuatnya

Melalui pemindaian otak dan wawancara mendalam, para peneliti menemukan lima dampak negatif utama dari orangtua pemarah pada perkembangan otak anak:

1. Penurunan Ukuran Korteks Prefrontal: Korteks prefrontal adalah bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, pengendalian diri, dan regulasi emosi. Anak-anak yang sering dimarahi cenderung memiliki korteks prefrontal yang lebih kecil, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengelola emosi dan membuat keputusan yang bijaksana.

2. Peningkatan Aktivitas Amigdala: Amigdala adalah pusat emosi di otak, terutama terkait dengan rasa takut dan cemas. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kemarahan cenderung memiliki amigdala yang lebih aktif, membuat mereka lebih rentan terhadap kecemasan dan stres.

3. Gangguan Konektivitas Otak: Kemarahan orangtua dapat mengganggu perkembangan koneksi antar bagian otak yang penting. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam belajar, mengingat, dan memproses informasi.

BACA JUGA:Bagaimana Cara Agar Bisa Meningkatkan Kecerdasan IQ pada Anak?

BACA JUGA:Tips Mengubah Konflik Menjadi Peluang Belajar Agar Hubungan dengan Pasangan Semakin Erat

4. Peningkatan Risiko Gangguan Mental: Anak-anak yang sering dimarahi memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka secara signifikan.

5. Dampak Jangka Panjang: Dampak negatif dari orangtua pemarah dapat berlanjut hingga dewasa. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kemarahan cenderung memiliki hubungan interpersonal yang buruk, kesulitan dalam pekerjaan, dan masalah kesehatan mental yang berkepanjangan.

Penelitian ini memberikan bukti kuat tentang pentingnya pola asuh yang positif dan penuh kasih sayang. Orangtua perlu menyadari dampak serius dari kemarahan mereka pada perkembangan otak anak. Mengelola emosi dengan baik dan mencari cara-cara yang lebih konstruktif untuk mendisiplinkan anak adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

Para ahli menyarankan agar orangtua yang kesulitan mengelola emosi mereka mencari bantuan profesional. Terapi atau konseling dapat membantu orangtua mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk menghadapi tantangan pengasuhan anak tanpa harus menggunakan kemarahan.

Masa depan anak-anak kita bergantung pada bagaimana kita memperlakukan mereka hari ini. Mari kita ciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan, agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang sehat, bahagia, dan sukses.*

Kategori :