Perjodohan: Antara Tradisi Leluhur yang Mulai Terlupakan atau Cengkeraman Kontrol Orang Tua?

Minggu 28-07-2024,17:30 WIB
Reporter : Anwar
Editor : Ahmad Kartubi

RMONLINE.ID – Tradisi perjodohan, warisan budaya yang telah mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia, kini tengah berada di persimpangan jalan. Dulu, perjodohan dianggap sebagai jalan utama menuju pernikahan yang sakral dan berkah. Orang tua, dengan segala pengalaman dan pengetahuan mereka, akan menjodohkan anak-anak mereka dengan pasangan yang dianggap paling cocok. Namun, seiring bergulirnya waktu, tradisi ini seakan kehilangan relevansinya.

Mengapa Perjodohan Mulai Ditinggalkan?

* Perubahan Gaya Hidup: Era digital yang serba cepat telah mengubah cara pandang generasi muda terhadap hubungan asmara. Mereka lebih mengedepankan kebebasan individu dan ingin membangun hubungan berdasarkan cinta dan kecocokan.

* Pendidikan: Tingkat pendidikan yang semakin tinggi membuat individu lebih kritis dan mandiri dalam mengambil keputusan, termasuk dalam memilih pasangan hidup.

BACA JUGA:Terapkan Syariat Islam, Ini Makanan Khas Aceh Yang Cocok Menjadi Oleh-Oleh

BACA JUGA:Cobain Resep Sederhana Menemen Khas Turki yang Nikmat dan Lezat

* Peran Perempuan: Emansipasi perempuan yang semakin kuat membuat perempuan tidak lagi pasif dalam memilih pasangan. Mereka ingin memiliki pasangan yang setara dan mendukung karier mereka.

* Pengaruh Budaya Global: Budaya pop dari negara Barat yang menonjolkan individualisme dan kebebasan dalam memilih pasangan semakin mudah diakses, sehingga mempengaruhi pandangan generasi muda.

Perjodohan: Kontrol atau Cinta?

Di balik keindahan tradisi perjodohan, ada pula sisi gelap yang perlu diperhatikan. Bagi sebagian orang, perjodohan dianggap sebagai bentuk kontrol orang tua terhadap kehidupan anak-anak mereka. Mereka merasa dipaksa untuk menikah dengan orang yang belum tentu mereka kenal dan cintai. Hal ini dapat menimbulkan tekanan psikologis yang cukup besar.

Dilema Generasi Muda

Generasi muda saat ini menghadapi dilema yang cukup pelik. Di satu sisi, mereka ingin menghormati tradisi leluhur. Di sisi lain, mereka juga ingin memiliki kebebasan dalam memilih pasangan hidup. Konflik antara keinginan pribadi dan harapan orang tua seringkali menjadi sumber masalah dalam keluarga.

BACA JUGA:Tak hanya Menghangatkan Tubuh, Inilah Berbagai Manfaat dari Teh Oolong bagi Kesehatan Tubuh

BACA JUGA:Berbagai Manfaat Soda Kue, Salah Satunya Bisa untuk Kecantikan

Perjodohan mungkin tidak akan sepenuhnya hilang dari budaya Indonesia. Namun, bentuknya akan terus bertransformasi. Perjodohan modern cenderung lebih terbuka dan melibatkan persetujuan kedua belah pihak. Orang tua berperan sebagai penasihat, bukan sebagai pihak yang memaksakan kehendak.

Kategori :