RMONLINE.ID - Jendral Ahmad Yani menjadi salah satu pejuang dan pahlawan revolusi yang gugur secara sadis saat peristiwa G30S PKI pada 1965 bersama para jendral dan pejuang lainnya. Atas kekejaman inilah mengapa bangsa Indonesia sangat membeci PKI sampai sekarang.
Sosok Ahmad Yani dikenal sebagai sosok pejuang yang berani dan memiliki strategi perang yang jitu. Usai Proklamasi Kemerdekaan, Ahmad Yani memimpin batalion hingga menang dalam pertempuran melawan tentara Inggris di Magelang.
Jendral Ahmad Yani kemudian juga mempertahankan Magelang dari tentara Belanda dan mendapat julukan "Juruselamat Magelang".
BACA JUGA:Benarkah Cacing Tanah: Pahlawan Kecil yang Menandakan Tanah Subur dan Panen Berlimpah?
BACA JUGA:Jay Idzes Pahlawan Baru di Hati Penggemar Sepak Bola Tanah Air
Pencapaian yang juga menonjol dari karier Yani di masa ini adalah serangkaian serangan gerilya yang digencarkan pada awal tahun 1949 untuk mengalihkan perhatian tentara Belanda, sementara Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Letnan Kolonel Soeharto melakukan persiapan serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Ahmadi Yani juga sosok penting dalam memadamkan pemberontakan DI/TII dan sebagainya.
Dibalik sosoknya sebagai seorang pejuang dan tentara yang akrab dengan berbagai pertempuran, ternyata kisah cinta Ahmad Yani juga cukup romantis dan menarik untuk diketahui.
Istri Jendral Ahmad Yani bernama Bandiah Yayu Rulia atau sering disebut Yayuk yang dinikahi pada tahun 1944. Tidak banyak yang tahu, ternyata Yayuk dulunya merupakan guru belajar mengetik Ahmad Yani.
Diceritakan, dikutib dari akun tiktok capt.juandaofficial yang melansir dari kisah dalam buku "profil seorang prajurit" kala itu untuk menambah keterampilannya dan menjadi syarat karirnya Ahmad Yani harus bisa mengetik.
BACA JUGA:Pemkab Akan Bangun Patung Pahlawan dan Harimau di Bundaran Mukomuko
Akhirnya ia belajar mengetik pada Yayuk R Sutodiwiryo, kurang lebih tiga bulan lamanya, Yani belajar mengetik. Seringnya bertemu, ternyata menimbulkan benih cinta diantara keduanya.
Akhirnya orang tua Ahmad Yani melamar Yayuk dan gayung bersambut, langsung direstui keluar Yayuk. Akhirnya pada 1944, ditemani sang ayak, Pak Wongso akhirnya mereka pergi melakukan pernikahan dengan naik sepeda.
Dari sini dapat dikatakan Yani dan Yayuk merupakan "Cinta Murid Kepala Guru Ngetik".
Dari pernikahannya itu mereka kemudian dikarunia 8 anak. Selama membina rumah tangga, Ahmad Yani lakukan dengan cara sederhana. Meskipun keturunan keluarga berada di Purworedjo, mereka memilih hidup sederhana di perumahan tentara Magelang, Jawa Tengah.