Beberapa ahli berpendapat bahwa misophonia mungkin merupakan bentuk hipersensitivitas pendengaran atau mungkin terkait dengan gangguan kecemasan.
Dampak misophonia pada kehidupan sehari-hari bisa sangat signifikan. Penderita mungkin mengalami kesulitan dalam situasi sosial, di tempat kerja, atau bahkan di rumah.
Mereka mungkin menghindari tempat-tempat atau situasi di mana mereka mungkin terpapar suara pemicu, yang dapat menyebabkan isolasi sosial dan masalah dalam hubungan personal maupun profesional.
BACA JUGA:Kesukaan Anak-anak! Inilah Berbagai Manfaat Hati Ayam, Salah Satunya Meningkatkan Fungsi Otak
Saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk misophonia yang diakui secara luas. Namun, beberapa pendekatan terapi telah menunjukkan hasil yang menjanjikan:
• Terapi Kognitif Perilaku (CBT): Membantu mengubah pola pikir dan respons terhadap suara pemicu.
• Terapi Desensitisasi: Paparan bertahap terhadap suara pemicu untuk mengurangi reaktivitas.
• Mindfulness dan Teknik Relaksasi: Membantu mengelola respons emosional.
• Terapi Suara: Menggunakan suara latar atau "white noise" untuk menutupi suara pemicu.
Penting bagi penderita misophonia untuk mencari bantuan profesional. Meskipun kondisi ini belum diakui sebagai gangguan resmi dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), semakin banyak profesional kesehatan mental yang menyadari dan memahami dampaknya.
Kesadaran tentang misophonia terus meningkat, dan penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini serta mengembangkan metode penanganan yang lebih efektif.
Bagi mereka yang menderita misophonia, mengetahui bahwa kondisi mereka memiliki nama dan bahwa mereka tidak sendirian bisa menjadi langkah pertama yang penting dalam mencari bantuan dan dukungan.*