Kata Gus Baha Dakwah Zaman Daka Zaman Sekarang Seperti Nguyahi Segoro

Jumat 12-07-2024,17:30 WIB
Reporter : Anwar
Editor : Ahmad Kartubi

RMONLINE.ID – KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, kembali melontarkan sentilan tajamnya terkait dakwah di era modern. 

Analogi “nguyahi segoro” (menggarami lautan) yang beliau gunakan untuk menggambarkan fenomena dakwah yang dirasa kurang tepat sasaran, mengundang perdebatan dan diskusi hangat di kalangan masyarakat.

Di satu sisi, banyak yang mengamini pernyataan Gus Baha. Mereka melihat realitas di mana dakwah masa kini terkesan lebih condong kepada mereka yang sudah shalih dan taat beragama. 

BACA JUGA:Peristiwa Wisatawan Korban Terseret Arus di Pantai Parangtritis Bersamaan dengan Kejadian di Mukomuko

BACA JUGA:Pertegas Zonasi, Jangan Ada Sekolah Terima Murid Melebihi Kapasitas

Fenomena ini, menurut mereka, ibarat “nguyahi segoro”, sebuah usaha yang sia-sia karena lautan sudah asin. Dakwah seharusnya, menurut mereka, ditujukan kepada mereka yang masih jauh dari agama, yang lebih membutuhkan pencerahan dan hidayah.

Di sisi lain, beberapa pihak melihat sentilan Gus Baha ini terlalu menyederhanakan kompleksitas dakwah. Mereka berargumen bahwa dakwah memiliki banyak tujuan dan sasaran, dan tidak selalu harus terpaku pada mereka yang belum shalih. 

Dakwah kepada orang-orang yang sudah shalih pun bisa bermanfaat untuk memperkuat iman dan ketaqwaan mereka, serta memberikan motivasi dan inspirasi untuk terus meningkatkan kualitas ibadah.

Lebih lanjut, mereka juga menyinggung tentang pentingnya keberagaman metode dan pendekatan dalam berdakwah. 

BACA JUGA:Serupa Tapi Tak Sama! Inilah Perbedaan Otter dan Berang-berang yang Sering Dianggap Sama

BACA JUGA:Benarkah Introvert Tak Bisa Bahagia dalam Hubungan? 5 Tanda Ini Buktikan Kamu Salah!

Tidak semua orang bisa menerima dakwah dengan cara yang sama. Ada yang lebih mudah tersentuh dengan ceramah yang penuh semangat dan humor, ada pula yang lebih meresapi dakwah yang disampaikan dengan tenang dan penuh hikmah. 

Oleh karena itu, penting bagi para pendakwah untuk fleksibel dalam memilih metode dan pendekatan dakwahnya, agar dapat menjangkau lebih banyak orang.

Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, sentilan Gus Baha ini patut menjadi bahan refleksi bagi para pendakwah dan umat Islam secara keseluruhan. Dakwah memang bukan ajang mencari popularitas atau pujian, melainkan sebuah tanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran dan membimbing umat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.

Lalu, di manakah letak keseimbangan antara “nguyahi segoro” dan realitas kebutuhan umat? Jawabannya mungkin tidak sesederhana itu. 

Kategori :