RMONLINE.ID - Dalam beberapa tahun terakhir, dunia maya dihebohkan oleh kemunculan hewan yang tak biasa namun sangat menggemaskan: otter atau berang-berang.
Hewan semi-akuatik ini telah mencuri hati banyak orang dengan tingkah laku mereka yang lucu dan ekspresif.
Namun, di balik kegemasan mereka, terdapat berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum menjadikan otter sebagai hewan peliharaan.
Mengenal Otter Lebih Dekat
Otter, atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai berang-berang, adalah mamalia karnivora dari subfamili Lutrinae.
Mereka terkenal dengan bulu yang tebal dan halus, serta kemampuan berenang yang luar biasa.
Di alam liar, otter dapat ditemukan di berbagai habitat air tawar dan air laut di seluruh dunia, kecuali Australia dan Antartika.
Ada 13 spesies otter yang dikenal, dengan ukuran bervariasi dari yang terkecil, otter cakar kecil Asia (Aonyx cinereus), hingga yang terbesar, otter laut (Enhydra lutris). Namun, spesies yang paling sering dijadikan hewan peliharaan adalah otter cakar kecil Asia, karena ukurannya yang lebih kecil dan temperamennya yang relatif jinak.
Ketenaran otter sebagai hewan peliharaan tidak lepas dari peran media sosial. Video dan foto otter yang bermain, berenang, atau sekadar berguling-guling dengan tingkah laku yang menggemaskan telah menyebar luas di berbagai platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube.
BACA JUGA:Jangan Berlebihan! Inilah Dampaknya Terlalu Sering Memuji Anak yang Wajib Orang Tua Tahu
BACA JUGA:Bisa Bantu Turunkan Berat Badan, Inilah Berbagai Manfaat Chia Seed Bagi Kesehatan
Banyak akun khusus yang didedikasikan untuk membagikan keseharian otter peliharaan, menarik jutaan pengikut dari seluruh dunia.
Meskipun terlihat menggemaskan, memelihara otter bukanlah tugas yang mudah. Ada beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan kebutuhan habitat, pola makan, perilaku sosial, energi, dan biaya perawatan.
Meningkatnya popularitas otter sebagai hewan peliharaan telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan konservasionis.
Permintaan yang tinggi terhadap otter sebagai hewan peliharaan telah mendorong perburuan liar dan perdagangan ilegal, yang mengancam populasi otter di alam liar.