RMONLINE.ID – Suara gemuruh suporter sepak bola dan nyanyian konser K-Pop mungkin sama-sama menggema di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), tapi bagi pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, hanya satu yang seharusnya mendominasi arena tersebut: sepak bola. Usai pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Indonesia dan Filipina, STY tidak menyembunyikan kekecewaannya terhadap kondisi lapangan yang menurutnya telah terdegradasi akibat seringnya dijadikan lokasi konser.
Dengan nada yang serius namun tenang, Shin Tae-yong menyampaikan kritiknya dalam konferensi pers, “Seperti yang dilihat, memang kondisi rumput kurang baik. Saya berharap semoga di lapangan bola tidak diadakan konser lagi, tetapi lebih banyak kegiatan sepak bola.” Komentar ini datang tidak lama setelah Timnas Indonesia berhasil mengamankan kemenangan 2-0 atas Filipina, sebuah hasil yang membawa Garuda terbang tinggi menuju ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia.
BACA JUGA:Wasri Menjadi Rebutan Balon Bupati Pendatang Baru, Duet Dengan Sapuan Tetap Terbuka
BACA JUGA:Perlawanan Berani dan Gigih Masyarakat Bengkulu Melawan Penjajah Inggris
Namun, kemenangan tersebut tampaknya terasa pahit bagi Shin Tae-yong, yang menyoroti bagaimana kondisi lapangan yang kurang ideal bisa mempengaruhi performa tim. Rumput stadion yang biasanya hijau dan subur, kali ini terlihat cokelat dan botak di beberapa sisi, sebuah pemandangan yang jauh dari standar internasional yang diharapkan.
Kritik ini bukan tanpa alasan. SUGBK memang telah menjadi tuan rumah berbagai acara non-olahraga, termasuk konser grup K-Pop NCT Dream yang digelar bulan lalu. Efek dari acara tersebut masih terlihat jelas, meskipun pengelola stadion berulang kali menjamin bahwa kondisi lapangan akan pulih.
BACA JUGA:Nilai Tukar Dolar Mendekati Rp 16.300, Ini Dampaknya Bagi Perusahaan Besar
BACA JUGA:Kemenangan Indonesia Atas Filipina, Apakah Timnas Akan Menjadi Kekuatan Baru di Sepakbola Asia?
Pertanyaannya kini, apakah pengelola GBK akan mengambil langkah konkret untuk memprioritaskan sepak bola dan memperbaiki kondisi lapangan? Atau, apakah SUGBK akan terus menjadi panggung bagi berbagai acara, dengan sepak bola hanya menjadi salah satu dari sekian banyak pertunjukan?
Shin Tae-yong telah melemparkan bola ke lapangan pengelola, dan sekarang, mata publik tertuju pada mereka untuk melihat bagaimana respons mereka terhadap kritik yang telah disampaikan. Satu hal yang pasti, kecintaan Indonesia terhadap sepak bola tidak boleh terhalang oleh rumput yang kurang hijau.*