Penggunaan kartu kuning dan merah pertama kali diperkenalkan pada Piala Dunia 1970 di Meksiko, delapan tahun setelah insiden yang memicu ide tersebut. Pertandingan yang dikenal sebagai “Battle of Santiago” pada tahun 1962 menjadi titik balik penting dalam sejarah sepak bola, yang kemudian mengarah pada implementasi sistem kartu yang kita kenal saat ini.
Sistem kartu ini tidak hanya memudahkan komunikasi antara wasit dan pemain, tetapi juga meningkatkan standar disiplin dalam permainan.
Pemain kini lebih sadar akan konsekuensi dari tindakan mereka di lapangan, dan wasit memiliki alat yang efektif untuk menjaga ketertiban pertandingan.
Kartu kuning diberikan sebagai peringatan terakhir bagi pemain yang melakukan pelanggaran keras atau tindakan yang mencederai sportivitas.
Jika seorang pemain mendapatkan dua kartu kuning dalam satu pertandingan, maka ia akan otomatis menerima kartu merah, yang berarti ia harus meninggalkan lapangan.
Kartu merah sendiri dikeluarkan untuk pelanggaran yang sangat fatal atau tindakan tidak sportif yang ekstrem, mengharuskan pemain yang bersangkutan untuk keluar dari lapangan dan meninggalkan timnya.
Perubahan ini telah membawa dampak yang signifikan terhadap cara permainan sepak bola dimainkan dan dinikmati oleh jutaan orang di seluruh dunia. Dari ide sederhana yang lahir dari pengamatan lampu lalu lintas, Ken Aston telah memberikan warisan abadi yang terus mempengaruhi permainan sepak bola hingga hari ini.*